• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Metropolis

Fatayat NU Mojokerto Luncurkan Kerudung Sambut Harlah ke-74, Ini Filosofinya

Fatayat NU Mojokerto Luncurkan Kerudung Sambut Harlah ke-74, Ini Filosofinya
Peluncuran kerudung scarf sambut Harlah ke-74 Fatayat NU. (Foto: NOJ/ISt)
Peluncuran kerudung scarf sambut Harlah ke-74 Fatayat NU. (Foto: NOJ/ISt)

Mojokerto, NU Online Jatim

Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Mojokerto menggelar kick off Hari Lahir (Harlah) ke-74 yang dikemas dengan Fatayat’s Cooking and Baking Class dan Buka Bersama di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Mojokerto, Rabu (03/04/2024). Dalam agenda tersebut  juga meluncurkan kerudung scarf edisi Harlah ke-74.


Sekretaris PC Fatayat NU Mojokerto, Rahmi Mubarokah mengatakan, adapun filosofi motif kerudung ini dimulai dari pertama air mancur. Air merupakan sumber kehidupan, air mancur merupakan elemen air yang terus-menerus mengalir, sehingga diharapkan dapat selalu mengalirkan energi positif.


“Sebagaimana filosofi air mancur, kita sebagai anggota atau kader Fatayat NU harus mampu mengalirkan energi positif untuk orang-orang di sekeliling kita,” ujarnya, Sabtu (06/04/2024).


Kedua, pagar. Semula pagar merupakan sebuah batas.  Dari perkembangan zaman, pagar menjadi kontruksi penting dalam melindungi, pagar juga memberikan arti bahwa sebagai anggota Fatayat NU dapat melindungi diri dari segala sesuatu yang membahayakan dan mampu mematuhi batasan sebagaimana yang ditetapkan oleh ajaran Islam.


Ketiga, pohon. Fatayat NU dituntut untuk hidup layaknya pohon, berjuang untuk bertahan namun di sisi lain memberikan penghidupan dan naungan bagi makhluk lainya. Mewujudkan suatu keseimbangan dan keselarasan dalam alam.


“Melakukan dan mengerahkan upaya terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup, mendedikasikan hidup kita dengan penuh keikhlasan untuk bisa berguna dan bermanfaat untuk nusa, bangsa, agama dan Fatayat NU,” terangnya.


Keempat, tangga. Menaiki tangga sama halnya dengan proses menggapai kesuksesan hidup baik dalam kehidupan keluarga yang bahagia, prestasi pekerjaan dan lain sebagainya. “Oleh sebab itu dari tangga kita belajar bagaimana segala sesuatu membutuhkan proses panjang, maka sebagai anggota Fatayat NU kita tidak boleh lelah dalam berproses,” ungkapnya.


Kelima, mawar dan melati. Sebagaimana mawar melambangkan cinta, ketulusan, kemurnian dan juga rasa simpati. Bunga melati juga disimbolkan dengan cinta dan kesucian, beberapa budaya menganggap melati mewakili apresiasi dan keberuntungan.


“Fatayat NU juga tidak jauh berbeda dengan karakter-karakter tersebut, insting melindungi diri pada duri bunga mawar juga berlaku untuk kita, bahwa kita harus bersikap tegas agar tidak mudah diremehkan orang lain,” jelasnya.


Keenam, burung Merak. Fatayat NU memohon perlindungan pada Allah SWT dari kejahatan dan pengaruh buruk sebagaimana filosofi dari merak yang dikaitkan dengan simbol keagungan, keindahan, perlindungan keturunan dari segala bahaya dan pengusir pengaruh buruk. Filosofi yang mendalam tersebut menjadikan burung merak sering digunakan sebagai hiasan busana kebesaran pejabat kerajaan.


Ketujuh, saung. Pada masa lalu, saung merupakan pusat peradaban masyarakat bukan sekadar tempat istirahatan. Di saung, peradaban masyarakat menggeliat. Sebagaimana pengharapan itu ditujukan kepada Fatayat. “Di usia Fatayat NU yang ke-74 diharapkan kita mampu menjadi bagian dari penggerak peradaban yang humanis dan berpihak pada perempuan dan anak,” jelasnya.


Kedelapan, jembatan. Jembatan untuk berinteraksi, berkomunikasi dan berkolaborasi. Saling memahami aspirasi. Fatayat harus mampu berdiri di atas kepentingan bangsa dan negara, bukan di atas kepentingan pribadi saja.


“Anggota Fatayat harus mampu mejadi jembatan untuk menjemput pengetahuan yang sesuai dengan kodrat alam dan tantangan zaman. Kita merupakan pewaris leluhur pendiri dan pejuang Republik Indonesia. Kita berjuang untuk mewujudkan cita-cita bersama yaitu Indonesia merdeka lahir dan batin,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru