
Gus Aab saat mengisi Halaqah Fiqih Peradaban di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Senin (24/10/2022). (Foto: NOJ/Boy)
Boy Ardiansyah
Kontributor
Sidoarjo, NU Online Jatim
Mengutip Mohammed Abed Al Jabri yang merupakan pemikir muslim asal Maroko, Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin menjelaskan hal yang perlu dikupas saat ada orang berteriak membela agama. Hal itu disampaikan saat dirinya mengisi acara Halaqah Fiqih Peradaban di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Senin (24/10/2022).
āKetika ada orang yang teriak ini demi agama Islam, jangan langsung dipercaya. Lihat dulu, ekonominya selesai apa belum,ā katanya.
Gus Aab sapaan akrabnya mengutarakan jika ada demo dengan mengatasnamakan Islam perlu dipertanyakan terlebih dahulu, apakah permasalahan agama atau permasalahan ekonomi yang belum selesai. Jika tidak ada masalah ekonomi, pertanyaannya dinaikkan, jangan-jangan ada permasalahan politik.
āJika ada permasalahan politik maka yang diteriakkan bukan agama, tetapi politik itulah yang diteriakkan,ā ujarnya.
Menurut Gus Aab, jika motif ekonomi dan politiknya tidak ada, maka barulah yang dilakukan benar-benar untuk agama. Oleh karena itu, Gus Aab mengajak untuk membangun peradaban yang akan mengarah ke tatanan hidup yang damai. Pasalnya semua masyarakat pastilah menginginkan hidup damai dan sejahtera dengan memanfaatkan sumber daya yang diberikan oleh Allah.
āTema yang diusung pada Ā 1 Abad NU inikan merawat jagat, membangun peradaban. Ada guyonan, jangan langsung dirawat, karena jagatnya banyak yang hilang. Jadi yang terpenting saat ini merebut jagat yang dicuri itu baru dirawat, setelah itu membangun peradaban,ā terangnya.
Karena merawat jagat dan membangun peradaban harus kembali pada satu tatanan yang baik, indah, dan mencerminkan interaksi sosial yang baik. Karena itulah kunci untuk membangun peradaban yang baik. Gus Aab lantas menjelaskan kenapa peradaban digandengkan dengan fiqih yang menjadi agenda besar NU yakni Fiqih Peradaban Januari mendatang.Ā
āSelama ini fiqih cenderung dipahami pada urusan benar dan salah. Padahal kalau bicara peradaban, konteksnya bukan hanya benar. Peradaban itu ada tiga hal, benar, baik dan indah,ā tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Hati dengan 7 Perbuatan
2
Mensos Gandeng PPATK Telusuri Penerima Bansos Terindikasi Main Judol
3
Garda Fatayat NU Jatim Terima 100 Bibit Tanaman dari BPBD untuk Dukung Ketahanan Pangan
4
Distribusikan Benih Padi, Langkah Ansor Jatim Perkuat Ketahanan Pangan
5
Pesantren Bebas Kekerasan: Nawaning Nusantara Siapkan Satgas dan Edukasi Seksual
6
5 Dosen UIN KHAS Jember Ikut Terlibat dalam Penyusunan Raperda MDT
Terkini
Lihat Semua