• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Metropolis

Kisah KH Mas Alwi bin Abdul Aziz saat Mengusulkan Nama Nahdlatul Ulama

Kisah KH Mas Alwi bin Abdul Aziz saat Mengusulkan Nama Nahdlatul Ulama
KH Mas Alwi bin Abdul Aziz. (Foto: NOJ/suluk)
KH Mas Alwi bin Abdul Aziz. (Foto: NOJ/suluk)

Surabaya, NU Online Jatim

Sebagaimana nama-nama organisasi besar pada umumnya, nama Nahdlatul Ulama juga lahir dari pemikiran dan proses perdebatan yang intensif. Nama itu bermula dari bertemunya para kiai terkemuka pada 31 Januari 1926. KH Abdul Hamid dari Sedayu Gresik kemudian mengusulkan nama Nuhudlul Ulama disertai penjelasan bahwa para ulama mulai bersiap-siap akan bangkit melalui perwadahan formal tersebut.

 

Pendapat ini disambut oleh KH Mas Alwi bin Abdul Aziz dengan sebuah sanggahan. Menurutnya, kebangkitan bukan lagi mulai atau akan bangkit untuk dirinya sendiri. Melainkan, kebangkitan itu sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, kata Kiai Mas Alwi, kebangkitan atau pergerakan ulama kala itu memang belum terorganisasi secara rapi. Lewat argumentasi itu, Kiai Mas Alwi mengajukan usul agar jam’iyyah ulama itu diberi nama Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama), yang pengertiannya lebih condong pada gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau, gerakan bersama-sama yang terorganisasi.

 

“Kalau Nuhudlul Ulama maka para kiai tidak ada dalam ruangan ini, di tempat ini. Karena Nuhudlul Ulama ya cukup untuk dirinya sendiri, cukup dirumah, cukup ngaji, membesarkan pesantren, itu juga masuk dalam kategori bangkit,” ujar KH Miftah Faqih, Ketua PBNU dalam tayangan TVNU. Jumat (02/09/2022).

 

Ketua PBNU itu juga menceritakan bahwa lewat argumentasinya itu, Kiai Mas Alwi mengajukan usul agar jam’iyyah ulama itu diberi nama Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama), yang pengertiannya lebih condong pada gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau, gerakan bersama-sama yang terorganisasi.

 

”Maka beliau mengusulkan nama Nahdlah (Nahdlatul Ulama),” tambahnya.

 

Dalam tausiahnya tersebut, Kiai Miftah juga menceritakan bahwa Sayyid Alwi Bin Abdul Aziz rela berkorban demi mempertahankan dan memegang prinsip dirinya. 

 

”KH Mas Alwi demi mempertahankan atau memegang prinsip dirinya saat itu, harus rela untuk dicoret dari keluarga besarnya bahkan dimakamkan saja tidak diberi hak.” tambahnya

 

Kiai Miftah juga mengatakan bahwa tidak berlebihan jika makam beliau ditemukan belakangan ini di sebuah perkampungan, tidak di area komplek makam Sunan Ampel. Karena sebenarnya KH Mas Alwi ini masih keluarga Ampel.

 

“Ini sebuah konsekuensi logis yang harus diterima dari kekukuhan KH Mas Alwi  itu dalam memegang prinsip gerakan dan prinsip originalitas,” tutupnya.

 

Penulis: Wildanil Mubarok


Metropolis Terbaru