• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Metropolis

Ngaos Ramadhan, Gus Athoillah Jelaskan Peran Santri di Ruang Publik

Ngaos Ramadhan, Gus Athoillah Jelaskan Peran Santri di Ruang Publik
Gus Ahmad Athoillah dari Pondok Pesantren Denanyar, Jombang. (Foto: tangkap layar)
Gus Ahmad Athoillah dari Pondok Pesantren Denanyar, Jombang. (Foto: tangkap layar)

Surabaya, NU Online Jatim

Gus Ahmad Athoillah dari Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang menjelaskan pentingnya santri untuk berperan di ruang publik. Menurutnya, stereotip bahwa santri itu kolot yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan luar hendaknya dihilangkan.

 

Santri harus bisa berperan di ruang publik,” ujarnya saat acara Ngaji Online Santai (Ngaos) Ramadhan melalui live Instagram NU Online Jatim, Ahad (17/04/2024).

 

Ia mengatakan, banyak guru dan kiai di lingkungan pesantren yang menyerukan untuk ngaji, ngaji, dan ngaji. Menurutnya, ngaji jangan hanya dimaknai sebagai ngaji untuk kepentingan diri sendiri, tetapi hendaknya dapat memberi kemanfaatan untuk orang lain.

 

“Istilah ngaji di sini bukan hanya bermakna ngaji untuk diri sendiri, namun lebih meluas seperti berinteraksi dengan masyarakat, mengamalkan ilmunya, serta berposisi di ruang publik baik secara sosial ataupun politik,” terang Gus Aik, sapaan akrabnya.

 

Dirinya menyebutkan, keberadaan seseorang bisa dianggap atau bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya jika ia bisa bermanfaat bagi manusia lainnya. "Maka dari itu, santri kalau pulang ke kampung halamannya harus bisa menjadi apapun, dan siap untuk menjadi siapapun," ucapnya.

 

Di era teknologi yang semakin maju, Gus Aik menegaskan bahwa santri juga harus berperan aktif dalam dunia digital dan media sosial. Mereka diajak untuk mengembangkan literasi digital, pengetahuan, dan kecakapan dalam memanfaatkan media digital untuk kebaikan bersama.

 

“Dengan demikian para santri dalam memanfaatkan teknologi dapat tumbuh dan berkembang, serta memperkaya kualitas hidup mereka serta masyarakat sekitar,” ungkap Pengasuh Asrama Sunan Ampel putra di Pondok Pesantren Denanyar itu.

 

Pentingnya menjaga toleransi di pesantren turut menjadi pembahasan Gus Aik dalam forum tersebut. Disebutkan, bahwa di pondok pesantren para santri hidup bersama dengan berbagai latar belakang budaya, bahasa, dan watak.

 

“Dari sinilah, nilai-nilai toleransi dan keberagaman dapat diperkuat, menjadi landasan bagi santri untuk menjaga perbedaan budaya dan bahasa dalam kehidupan sosial, bahkan termasuk pula politik,” tuturnya.

 

Menurutnya, santri yang gemar membaca dan haus akan ilmu pengetahuan cenderung memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks sosial dan politik. Mereka akan mampu melihat dan mencerna informasi dengan lebih kritis, sehingga lebih mampu mengidentifikasi upaya-upaya yang bertujuan untuk memecah belah masyarakat.

 

“Melalui semangat menjaga toleransi dan mengikuti ajaran para masyaikh, santri di media sosial diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan yang mempromosikan perdamaian dan persatuan. Mereka tidak hanya terpaku pada kegiatan ngaji tradisional, tetapi juga aktif dalam melawan upaya-upaya yang ingin memecah belah bangsa,” tandasnya.

 

Diketahui, program Ngaos Ramadhan juga disiarkan secara langsung di kanal YouTube dan fanspage Facebook NU Online Jatim. Agenda ini digelar setiap pukul 12.30 WIB-selesai selama bulan Ramadhan dengan membahas sejumlah tema-tema tertentu.

 

Penulis: M Rufait Balya dan M Ainul Rofik


Metropolis Terbaru