• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Metropolis

Pemred Aula Jatim: Kelola Majalah Era Digital Harus Bonek

Pemred Aula Jatim: Kelola Majalah Era Digital Harus Bonek
Pemimpin Redaksi (Pemred) Majalah Aula Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Syaifullah Ibnu Nawawi saat berbagi cerita. (Foto: NOJ/firdausi)
Pemimpin Redaksi (Pemred) Majalah Aula Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Syaifullah Ibnu Nawawi saat berbagi cerita. (Foto: NOJ/firdausi)

Surabaya, NU Online Jatim
Pemimpin Redaksi (Pemred) Majalah Aula Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Syaifullah Ibnu Nawawi menegaskan bahwasannya mengelola majalah di era digital harus Bondo Nekad (Bonek).


Hal ini disampaikan dalam acara Silaturrahmi-Konsolidasi Penulis NU dan Pesantren se-Indonesia di Hotel Novotel Solo, Jalan Slamet Riyadi 272, Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (06/12/2022). Acara ini diinisiasi oleh Lembaga Ta'lif wan-Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU).


"Siapapun yang mengelola majalah, tidak hanya berpikir hanya 1.000 kali. Kami yakin pasti berpikir sampai 2.000 kali. Ini bukan proyek, melainkan bisnis yang harus dikawal dari hulu sampai ke hilir. Mulai dari rapat redaksi, sirkulasi keuangan, penagihan dan lain-lainnya," ujarnya saat diminta menyampaikan pengalamannya oleh pemandu acara Fokus Group Discussion (FGD).


Menurutnya, saat dirinya diamanahi sebagai Pemred Aula, taruhannya adalah dipertahankan atau keluar dari ruang. Karena Aula merupakan majalah legendaris di tahun 1975 sudah mendapat surat izin dari Kementerian Penerangan saat Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Sukorejo, Situbondo, majalah Aula terbit.


"Mengelola majalah pasti berat, misalnya mempertahankan konten, tampilan, cover, belum lagi memastikan majalah itu laku atau tidak. Ingat jangan nekat!, kecuali di pesantren yang santrinya tidak bisa mengakses internet, atau bisa juga menerbitkan buku," terang Kang Ipul sapaan akrabnya.


Diceritakan oleh Pemred NU Jatim ini, sebelum R-20 dibuka di pulau Dewata oleh KH Yahya Cholil Staquf, majalah Aula sudah terbit duluan. Artinya, cover tak harus menunggu pembukaan. Misalnya teman-teman penulis masih sibuk menulis tentang Gus Dur, pihaknya sudah menerbitkannya. Sebelum masuk tahun baru, semua telah menyiapkan proyeksi 1 tahun ke depan. Termasuk menyiapkan sampul yang memajang seorang tokoh.


“Terkadang menggunakan tokoh baru, semisal KH Anwar Zahid. Tokoh yang terpampang di cover, tulisannya lebih dalam dengan gaya feature. Ingat!, gaya menulis tergantung jam terbang dan bisa menciptakan cita rasa. Mungkin jika penulis memiliki cerita tokoh yang tidak bisa dimuat di buku. Silahkan bisa dibagikan ke Aula," pintanya.


Alumni Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka, Bluto Sumenep ini meyakini seumpama jika Aula mati, pasti akan menangis walaupun tidak berdarah-darah. Tentunya, jika suatu majalah besar gulung tikar (kehabisan modal), pasti disesali lantaran tidak membagi tulisan atau tidak berlangganan.


"Forum ini akan menjadi penting untuk menentukan simpul atau titik-titik mana di beberapa daerah yang kita sounding dari sisi pemberitaan dan ketokohan," pungkasnya.


Metropolis Terbaru