• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Metropolis

Pesan-pesan KH Sahal Mahfudh dalam Pitutur Santri

Pesan-pesan KH Sahal Mahfudh dalam Pitutur Santri
KH MA Sahal Mahfudh. (Foto: NOJ/ ISt)
KH MA Sahal Mahfudh. (Foto: NOJ/ ISt)

Sidoarjo, NU Online Jatim

KH Mohammad Achmad Sahal Mahfudh merupakan sosok yang mempunyai pengaruh besar dalam perjalanan organisasi NU. Ia menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 1999-2014.

 

Semasa menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda di Kajen, Margoyoso, Pati, Jateng, almarhum Kiai Sahal Mahfudh telah melahirkan ulama-ulama muda yang tersebar di Indonesia. Salah satunya adalah Muhammad Sholah Ulayya, yang pernah ngaji kilatan pasanan dengan kepada Kiai Sahal.

 

“Saat itu yang ngaji kilatan sekitar tiga ratus santri dari berbagai pesantren. Kitab yang dikaji adalah Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam ditulis oleh Saifuddin Al-Amidi dan beberapa sanad hadits musalsal,” kata Sholah kepada NU Online Jatim, Jumat (26/01/2024).

 

Sholah menuturkan, ia mengikuti pengajian kitab kilatan tersebut saat masih kelas XI Madrasah Aliyah (MA). Ia mengatakan, setiap bulan Ramadhan Kiai Sahal menggelar ngaji kilatan mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.30 WIB.

 

Disebutkan, Kiai Sahal merupakan sosok ulama yang mumpuni bukan hanya dalam ilmu-ilmu keislaman tapi juga ilmu sosial, logika, pendidikan. Menurutnya, Kiai Sahal mampu mengaktualisasikan teori-teori fiqih klasik menjadi rumusan-rumusan solusi pada zamannya.

 

“Di tangan beliau, fiqih menjadi pergerakan bukan hanya vonis halal-haram. Beliau memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar menggunakan kaidah-kaidah fiqih. Bisa dibaca buku beliau yang berjudul fiqih sosial,” ungkap Sekretaris Aswaja NU Center Sidoarjo itu.

 

Alumnus Universitas Islam Internasional Darullughah wad Da'wah Pasuruan itu menceritakan, dirinya bersama santri lainnya pernah sowan kepada Kiai Sahal ketika akan menyelesaikan jenjang akhir di madrasah yang diasuh oleh Kiai Sahal.

 

Ketika itu, Kiai Sahal berpesan bahwa santri boleh tidak melanjutkan kuliah akan tetapi tidak boleh berhenti belajar. Kiai Sahal juga mengingatkan seseorang akan bodoh bila ia berhenti membaca.

 

“Kiai Sahal mengatakan begini, ‘kalian laksana emas, meskipun dibuang ke comberan, diinjak-injak, kalian tetaplah emas, berkilauan. Namun ingat, tidak semua yang berkilau adalah emas’,” kata Sholah menyampaikan perkataan Kiai Sahal. 

 

Menurutnya, kala itu Kiai Sahal berharap agar para santri tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai ajaran Islam dan akhlak karimah. Mengingat era sekarang, banyak orang yang lebih mementingkan gaya hidup dan tidak memperhatikan akhiratnya.

 

“Kiai Sahal mengingatkan kami untuk waspada dengan pemikiran-pemikiran keislaman modern yang mengatasnamakan kebebasan namun ternyata bersumber dari para orientalis,” tandasnya.


Metropolis Terbaru