• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Mengenang KH Mahfudz Siddiq, Ketua PBNU di Masa Mbah Hasyim

Mengenang KH Mahfudz Siddiq, Ketua PBNU di Masa Mbah Hasyim
KH Mahfudz Siddiq, ulama NU asal Jember. (Foto: NOJ/ Istimewa)
KH Mahfudz Siddiq, ulama NU asal Jember. (Foto: NOJ/ Istimewa)

KH Mahfudz Siddiq merupakan ulama NU asal Jember yang pernah diamanahi Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dulu HBNO, di masa Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari menjabat sebagai Rais Akbar. Tokoh ini lahir di Jember 10 Mei 1907 M (27 Rabi’ul Awwal 1325 H), dari pasangan KH Muhammad Siddiq dan Ny Hj Maryam.

 

KH Muhammad Siddiq adalah pendiri Pondok Pesantren ash-Siddiqiyah Jember, yang terletak di jantung Kota Jember. Kini, pesantren tersebut lebih dikenal dengan nama Astra (ashSiddiqiyah putra) dan Astri (ash-Siddiqiyah putri).

 

Dilansir dari NU Online, Kiai Mahfudz Siddiq adalah salah satu wakil NU di Majelis Islam a'la Indonesia (MIAI), sebuah federasi bagi ormas Islam yang dibentuk dari hasil pertemuan 18-21 September 1937. Ia tak lain tokoh yang melahirkan gagasan Mabadi Khaira Ummah (dasar-dasar membangun umat yang baik) di Nahdlatul Ulama.

 

Dari 25 anak KH Muhammad Siddiq dengan 3 orang istrinya, Kiai Mahfudz Siddiq adalah anak pertama dari istrinya yang bernama Ny Hj Maryam. Ia adalah kakak dari KH Achmad Siddiq, Rais ‘Aam PBNU masa khidmat 1984-1989 dan 1989-1991.

 

Perkenalannya dengan NU di awali ketika sang ayah (KH Muhammad Siidiq) sering didatangi karib dekatnya, Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, Rais Akbar NU kala itu. Mahfudz kecil sering diminta untuk datang dan menyambut Mbah Hasyim. Setelah menginjak dewasa, oleh ayahnya dia dikirim ke Tebuireng untuk mengaji kepada mahaguru terkenal itu.

 

Keterlibatannya di NU, salah satunya dimulai ketika ia diminta untuk membantu penerbitan NO bernama Soeara NO pada awal tahun 1930-an, yang saat itu dipimpin KH Abdul Wahab Hasbullah. Buletin ini kemudian dikelola bersama KH Abdullah Ubaid, KH Thohir Bakri, dan beberapa nama lain. Keterlibatannya dalam dunia penerbitan itu menjadikannya banyak dikenal orang.

 

Kiai Mahfudz Siddiq awal terpilih sebagai Ketua HBNO pada Muktamar ke-12 NU tahun 1937 di Malang. Kemudian, secara berturut-turut terpilih lagi pada Muktamar NU di Menes Pandeglang (1939), di Magelang (1938), dan di Surabaya (1940).

 

Kiai Mahfudz Siddiq wafat pada usia muda, yakni 37 tahun. Tepatnya pada 1 Januari 1944 (25 Dzulhijjah). Ia meninggalkan seorang istri bernama Nyai Hj Muyassaroh dan enam anak, yaitu Tsurayya, Saiful Bari, Nuril Bari, Zubaidah, Faishal, dan Muhammad. 


Tokoh Terbaru