• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Metropolis

Asnuter Ungkap KH Sahal bin Mansur dalam Sejarah NU Sidoarjo

Asnuter Ungkap KH Sahal bin Mansur dalam Sejarah NU Sidoarjo
M Lutfi Ghozali. (Foto : NOJ/Boy Ardiansyah)
M Lutfi Ghozali. (Foto : NOJ/Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Anggota Pengurus Cabang (PC) Aswaja NU Center (Asnuter) Sidoarjo, M Lutfi Ghozali memaparkan sejarah masuknya NU di Bumi Delta. Hal tersebut ia sampaikan saat rutinan syawir kitab Fathul  Mu’in oleh Ittihadul Mutakhorijin Al Falah Ploso, Kabupaten Sidoarjo, Selasa (06/06/2023) di Cafe MR Okos Kasem Bulusidokare Sidoarjo.

 

“Dari cacatan pembina Asnuter Sidoarjo, Bapak Subhan menyebutkan NU di Sidoarjo sudah ada berdiri sejak 1928. Dua tahun setelah NU lahir pada tahun 1926,” katanya.

 

Pria yang dikenal ahli pernisanan ini mengatakan pertama kali NU berdiri di Sidoarjo adalah di Sepanjang, Kecamatan Taman. Pasca lahirnya NU di Sidoarjo tahun 1928 tersebut mengalami kekosongan sejarah yang kemudian NU muncul kembali pada tahun 1942. Disebutkan yang menjadi Syuriah saat itu adalah KH Sahal bin Mansur.

 

“KH Sahal bin Mansur ini kalau dari jalur ibu namanya Nyai Mustajidah binti Muhammad bin Utsman. Statusnya dengan pendiri NU adalah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari itu bin Asy’ari, punya ibu namanya Nyai Halimah bin Utsman,” paparnya.

 

Dari paparannya, Lutfi mengatakan KH Sahal bin Mansur merupakan keponakan dari KH Hasyim Asy’ari. Dijelaskan informasi tersebut menarik karena dalam kumpulan kitab KH Hasyim Asy’ari yang kemudian diberi nama Kitab Irsyadussari oleh KH Muhammad Ishom Hadziq. Salah satu di dalamnya ada kitab berjudul Nurul Mubin.

 

“Yang menarik dalam kitab tersebut yang memberi epilog adalah KH Sahal bin Mansur. Makamnya sudah lama dicari banyak orang belum ketemu. Allhamudlillah satu tahun lalu kami perjuangkan dan ditemukan di Makam Dusun Jetis Sidodadi​​​​​​, ” terangnya.

 

Menurut Lutfi, Kiai Sahal bin Mansur tidak hanya seorang ulama saja namun juga seorang umara yang masuk pada Dewan Konstituante di tahun 1950-an. Kiai Sahal bin Mansur wafat pada tahun 1961 dan terdaftar menjadi seorang veteran. Di makamnya saat ini masih ada tanda bendera yang menegaskan Kiai Sahal bin Mansur adalah seorang yang pernah berjasa dalam agresi militer di tahun 1945.

 

“Bahkan yang kami dapatkan Kiai Sahal merupakan pemimpin laskar hizbullah Surabaya Raya,” tandasnya. 


Metropolis Terbaru