• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Rais Aam PBNU Ulas Makna dan Ciri Muraqabah kepada Allah

Rais Aam PBNU Ulas Makna dan Ciri Muraqabah kepada Allah
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online)
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online)

Surabaya, NU Online Jatim

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengatakan, orang yang muraqabah akan selalu waspada dan tidak pernah terlena kewaspadaannya. Dengan kewaspadaan tersebut manusia akan menjadi pribadi yang disiplin dalam hidup.

 

“Kalau waspada merasa diawasi oleh Allah, maka akan terjadi kedisiplinan hidup," ujarnya saat Ngaji Syarah Al-Hikam dilansir dari laman NU Online, Rabu (31/05/2023).

 

Ia mencontohkan kewaspadaan tersebut dengan anak-anak sekolah yang merasa diawasi oleh gurunya, walaupun gurunya tidak ada di hadapan mereka tetap merasa diawasi. Sehingga siswa tersebut akan duduk tenang, tidak ribut, tidak bergurau, dan menunjukkan kedisiplinan.

 

"Allah Maha Dzohir, ala kulli syaiin, muroqib yang waspada sekali. Apa yang dilakukan oleh CCTV itu masih banyak kelemahan, tetapi Allah Maha Tahu sedetail-detailnya melihat kita, di manapun kita berada, walaupun kita ada di bunker-bunker yang berlapis-lapis dalamnya tidak ada yang tahu, Allah Maha Tahu," imbuhnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut menerangkan, jika diri seseorang dapat menyinari dan menguasai hati, maka hati tidak akan berhenti, hati akan terus berjalan. Sebab, menurut Kiai Miftach, hidup adalah perjuangan al-hayat hiyal jihad, hiyal harokah, jadi tidak mengenal lelah.

 

“Manusia di dunia ini sesungguhnya untuk bersusah payah. Karena hidup senang, hidup happy, hidup tenang, hanya ada di akhirat,” ucapnya.

 

Menurutnya, di dunia manusia tidak diberi ketenangan yang hakiki. Karena ketenangan yang dirasakan masih diintai dengan perasaan tidak nyaman, merasa orang lain sakit hati, merasa ada orang lain yang mungkin mendoakan celaka dan lainnya.

 

“Semua punya lawan-lawan, semua punya tantangan-tantangan yang seperti itu. Jadi di dunia itu tidak ada ketenangan, kalau cari ketenangan nanti di akhirat," ungkapnya.

 

Dirinya pun kembali mengingatkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai lakon di dunia, maka harus cancut tali wondo (bersegera mengerjakan tugas), harus bergerak, mencari kesempurnaan hidup.

 

"Meskipun nanti sampainya macam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, ada yang lambat, ada yang tertatih-tatih, tetapi harus semangat," pungkas Kiai Miftach.


Metropolis Terbaru