• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Metropolis

Saat Upacara HUT Ke-77 RI, Ning Ulfi Sidoarjo Ajak Refleksi Jati Diri Muslim

Saat Upacara HUT Ke-77 RI, Ning Ulfi Sidoarjo Ajak Refleksi Jati Diri Muslim
Ning Ulfi (mengenakan rok hitam) saat menjadi pembina upacara. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Ning Ulfi (mengenakan rok hitam) saat menjadi pembina upacara. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Farida Ulvi Na’imah atau yang kerap disapa Ning Ulfi menyampaikan refleksi tentang memaknai jati diri sebagai seorang muslim dan perempuan dalam berinteraksi dengan realitas. 


Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi pembina upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia (RI) yang digelar oleh Madrasah Aliyah (MA)  Salafiyah Putri Ketegan Tanggulangin, Sidoarjo, Rabu (17/08/2022) pagi. 


“Siapakah kita sebagai seorang muslim? Pertama kita adalah manusia yang mempunyai status melekat sebagai hanya hamba Allah. Maka, siapa pun dan apa pun selain Allah bukanlah hamba kita dan kita pun bukan hambanya,” katanya. 


Kedua, sebagai manusia mempunyai amanah melekat sebagai khalifah di muka bumi. Maka siapa pun, baik laki-laki dan perempuan wajib mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya bagi makhluk Allah yang lain. 


“Salah satu prinsip kemanusiaan adalah al musawah bainal insan atau persamaan. Maka tak ada ceritanya prinsip menuhankan manusia atau memanusiakan Tuhan. Begitupun ubudiyatul insan lil insan atau menghambakan diri atau menghambakan orang lain atas diri kita,” tururnya. 


Dijelaskan, nilai seorang muslim ditentukan oleh taqwa, yaitu sejauh mana iman dalam hati punya daya dorong yang kuat untuk melahirkan kemaslahatan pada makhluk-Nya dalam kehidupan sehari-sahari.


Dengan kata lain, sejauh mana hubungan baik dengan Allah harus mampu melahirkan hubungan baik dengan makhluk Allah, termasuk konsep hubungan relasi antara laki laki dan perempuan. Dalam lingkup yang terkecil bisa diwujudkan kebaikan dimulai dari keluarga antara suami dan istri. 


“Siapakah kita sebagai perempuan? Kita adalah manusia, sehingga mesti bersikap manusiawi dan diperlakukan secara manusiawi. Terutama saat mengalami pengalaman biologis seperti menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui,” ungkapnya. 


Menurutnya, perempuan juga mesti merdeka dari kezaliman terhadap pengalaman sosial seperti stigmatisasi, marjinalisasi, subordinasi, kekerasan, maupun beban ganda hanya semata-mata karena berstatus perempuan. 


“Dirgahayu ke-77 RI. Semoga Negara Indonesia dan segenap bangsanya mampu mempertahankan kemerdekaan ini dan terus berikhtiar untuk mampu meraih kemerdekaan secara hakiki,” pungkasnya.


Editor:

Metropolis Terbaru