Tubuhnya tak terlalu tinggi bahkan cenderung kecil. Kulitnya kuning langsat. Penampilannya sederhana nan santun namun tetap bersahaja. Tutur katanya begitu halus dan lembut membuatnya banyak disukai orang. Baju batik khas Pekalongan dan Madura tidak pernah lepas dari tubuhnya. Hari-harinya diwarnai dengan aktivitas bermanfaat, seperti beribadah kepada Allah, membimbing para santri terutama santri putri, serta mengayomi cucu-cucu dan cicit-cicitnya.
Dialah “mek nyai” panggilan akrab saya kepada Nyai Zahroh. Sapaan kesayangan ini bukan tanpa alasan. Secara nasab, ibu saya adalah cucu Nyai Zahroh dari putra bernama Amiruddin dengan pasangan Nyai Mastura. Dan, Nyai Mastura termasuk putri dari KH Syarfuddin Abdus...
Baca selengkapnya di https://www.nu.or.id/obituari/mengenal-nyai-zahroh-binti-kh-abdus-shomad-41ta9