Opini

Nahdlatul Ulama Benteng Persatuan di Tengah Pilkada

Ahad, 17 November 2024 | 15:00 WIB

Nahdlatul Ulama Benteng Persatuan di Tengah Pilkada

Ilustrasi bendera Nahdlatul Ulama (NU). (Foto: NOJ/ Istimewa)

Sebentar lagi, kita akan memasuki masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di berbagai wilayah di Indonesia. Momentum ini adalah kesempatan untuk menentukan pemimpin yang akan mengemban amanah dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

 

Di tengah semangat demokrasi yang bergelora, perbedaan pilihan adalah hal yang wajar dan alami. Namun, bagi kita, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU), menjaga persatuan dan kesatuan bangsa tetap menjadi prioritas utama.

 

Pilkada, sebagai perwujudan hak pilih dalam demokrasi, seharusnya menjadi ajang untuk mempererat persaudaraan, bukan malah menjadi alasan bagi kita untuk saling menjatuhkan atau bahkan merusak harmoni yang telah terbangun.

 

NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran besar dalam menjaga ukhuwah, baik ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia). Dalam suasana Pilkada, semangat persatuan ini harus tetap diutamakan meskipun ada perbedaan pilihan politik.

 

Perbedaan pandangan dalam memilih calon kepala daerah bukanlah alasan untuk mengorbankan persaudaraan dan rasa kebersamaan. Kunci utama dalam menyikapi Pilkada adalah kebijaksanaan dalam menyampaikan aspirasi dan pandangan tanpa harus melukai perasaan pihak lain. Sikap bijak ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menahan diri dari sikap saling menjelekkan atau mengadu domba yang justru akan memecah belah masyarakat.

 

Sebagai warga NU, kita dituntut untuk menjadi contoh teladan dalam menjaga kerukunan, menghormati perbedaan, serta menunjukkan sikap toleran. NU memiliki nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang). Dengan mengamalkan nilai-nilai ini, kita dapat menjadi pilar penguat persatuan di tengah masyarakat yang tengah menghadapi dinamika Pilkada.

 

Penting pula untuk selalu mengingatkan diri bahwa siapa pun yang terpilih dalam Pilkada adalah hasil pilihan rakyat. Dengan sikap legowo dan semangat kebersamaan, kita dapat menerima hasil Pilkada dengan lapang dada, sambil tetap mengedepankan semangat bekerja sama untuk membangun daerah yang lebih baik.

 

Menghadapi Perbedaan dengan Bijak
Perbedaan pilihan dalam Pilkada adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Dalam konteks demokrasi, setiap individu memiliki hak untuk menentukan pilihannya berdasarkan hati nurani dan keyakinan masing-masing. Hal ini adalah hak fundamental yang dijamin oleh negara, sekaligus cerminan dari kematangan demokrasi itu sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa perbedaan ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk menimbulkan perselisihan atau bahkan perpecahan di tengah masyarakat.

 

Dalam menghadapi perbedaan, sikap saling menghargai menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan. Menghormati pilihan orang lain dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang mengadu domba akan mencegah konflik yang tidak diinginkan. Kita harus menyadari bahwa pilihan politik seseorang merupakan bagian dari proses berpikir dan kebebasan individu. Justru perbedaan inilah yang membuat demokrasi menjadi dinamis dan penuh warna. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjunjung tinggi persatuan dalam keberagaman pilihan.

 

Sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU), kita memiliki peran penting untuk menjadi teladan dalam menyikapi perbedaan ini dengan bijak. Melalui dakwah yang santun dan penuh kasih sayang, kita bisa menyampaikan pesan-pesan penting tentang pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan. NU dikenal sebagai organisasi yang menjunjung tinggi prinsip moderasi dan toleransi. Sikap ini bukan hanya teori, melainkan harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam momen-momen krusial seperti Pilkada.

 

Selain itu, peran kita dalam menjaga harmonisasi masyarakat dapat diwujudkan dengan mengingatkan orang-orang di sekitar kita agar tidak terjebak dalam fitnah atau ujaran kebencian. Media sosial sering kali menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks dan provokasi yang dapat memperkeruh situasi. Sebagai warga NU, kita harus bisa memilah informasi dengan cermat, tidak mudah terpancing, serta mendorong orang lain untuk berpikir lebih jernih dan tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu negatif.

 

Dengan sikap saling menghormati, menghargai, dan menjaga persatuan, kita akan mampu menghadapi perbedaan dengan bijak. Mari bersama-sama membangun masyarakat yang harmonis, di mana setiap perbedaan disikapi dengan penuh kedewasaan dan saling pengertian. Sehingga, meski berbeda pilihan, kita tetap bersatu dalam tujuan bersama demi kemajuan bangsa dan negara.

 

Peran Aktif dalam Menjaga Kerukunan
Sebagai warga NU, menjaga sikap pribadi yang santun dan penuh toleransi merupakan salah satu kewajiban kita. Namun, peran tersebut tidak cukup hanya berhenti pada level individu. Warga NU memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mempererat persatuan melalui berbagai kegiatan yang mampu menguatkan silaturahmi dan menyebarkan pesan damai. Langkah ini penting, terutama di tengah situasi sosial-politik yang sering kali menimbulkan ketegangan, seperti dalam masa-masa pemilihan kepala daerah (pilkada).

 

Pengajian, kajian, serta berbagai kegiatan sosial lainnya merupakan sarana yang efektif untuk menyatukan masyarakat dari beragam latar belakang. Dengan melibatkan diri dalam kegiatan ini, kita turut mempererat silaturahmi antarwarga dan memperluas pemahaman bersama tentang pentingnya persatuan. NU, yang dikenal dengan komitmennya pada prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin, mengedepankan ajaran yang damai dan menghindari segala bentuk pertentangan yang dapat memicu perpecahan.

 

Selain itu, penting bagi kita untuk menjaga komunikasi yang baik dengan semua pihak. Dalam konteks Pilkada, ketegangan sering kali muncul dari perbedaan pilihan politik. Dengan menjaga hubungan baik dan membuka ruang dialog dengan berbagai golongan, kita dapat membantu mencegah potensi konflik yang lebih besar. Komunikasi yang terbuka akan membangun saling pengertian, sehingga setiap pihak merasa dihargai dan didengarkan. Dalam banyak kasus, perbedaan pendapat yang disertai komunikasi yang baik justru dapat menjadi sumber kekuatan dan keragaman yang memperkaya wawasan serta mempererat persatuan.

 

Sebagai warga NU, kita juga diharapkan mampu menjadi teladan dalam mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi maupun golongan. Sikap rendah hati, saling menghargai, serta menjaga ucapan dan tindakan menjadi langkah-langkah kecil namun signifikan untuk menciptakan lingkungan yang harmonis. Keberadaan kita di tengah masyarakat seharusnya menjadi penyejuk yang mencegah berbagai potensi konflik.

 

Dengan aktif dalam kegiatan yang menguatkan persatuan, kita turut mendukung NU dalam mewujudkan masyarakat yang damai, sejahtera, dan adil.

 

Kesimpulan
Masa Pilkada di Indonesia sering kali membawa dinamika dan perbedaan pilihan politik di antara masyarakat. Dalam konteks demokrasi, perbedaan pandangan adalah hal yang alami, namun sikap bijak dan saling menghormati harus diutamakan agar tidak terjadi perselisihan atau perpecahan.

 

Sebagai warga NU, kita diimbau untuk menjadi teladan dalam menghadapi perbedaan dengan moderasi, toleransi, dan keseimbangan. NU menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah sebagai dasar persaudaraan, bahkan di tengah dinamika politik. NU juga berperan aktif dalam menjaga harmonisasi masyarakat melalui dakwah yang damai, kegiatan sosial, serta komunikasi yang terbuka dengan berbagai pihak.

 

Selain itu, warga NU diingatkan untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu negatif di media sosial yang berpotensi memecah belah. Sikap santun, menghargai, dan toleran menjadi pilar utama untuk menciptakan lingkungan yang damai. Dalam Pilkada, NU menekankan agar masyarakat menerima hasil pemilihan dengan lapang dada dan terus bersatu demi kemajuan bersama.