• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Saatnya Kader NU Belajar kepada Filosofi Sepak Bola

Saatnya Kader NU Belajar kepada Filosofi Sepak Bola
Berangkat dari filosofi sepak bola, maka akan ditemukan formula terbaik dalam berjamiyah.
Berangkat dari filosofi sepak bola, maka akan ditemukan formula terbaik dalam berjamiyah.

Oleh: Firdausi

 

Filsafat fungsionalisme mengajarkan bahwa struktur tubuh manusia memiliki peran dan fungsi masing-masing. Meskipun berlainan, fungsi itu tidak kontradiktif. Tangan untuk meraba, mengambil, dan melempar. Kaki untuk berjalan dan melangkah. Hidung untuk mencium. Lidah untuk mencicipi dan seterusnya. Tapi secara fisik dan materil, mata tidak mungkin menjadi kaki, telinga tidak mungkin menjadi mulut, hidung tidak mungkin menjadi perut, tangan tidak mungkin menjadi kepala, dan sebagainya.

 

Dalam konteks filosofis imaterial, hal yang terbalik bisa saja terjadi, jika manusia melalaikan fungsinya. Jika demikian, maka yang terjadi adalah kekacauan atau lahirnya berbagai hal yang tidak normal.

 

Nahdaltul Ulama (NU) sebagai organisasi terdiri dari komoponen, yaitu tradisi, jamaah, kader, struktur dan sumber moralitas. Dalam bahasa organisasinya dikenal istilah visi-misi, strategi gerakan, dan lainnya. Semuanya harus memanifestasi dalam satu kesatuan. Ketika salah satu organ salah, konsekuensinya akan terjadi kepincangan. Jika dibiarkan, mengakibatkan banyaknya disorientasi. Jika tidak teratasi, maka akan muncul kehancuran secara organisatoris. Untuk itu, seluruh cara kerja harus dibangun di atas spirit kolektifitas, bukan ego individual dan figuristik. Sebab kerja organisasi adalah kerja tim. Strategi gerakan organisasi adalah strategi team work.

 

Soliditas dan solidaritas kerja tim harus berfungsi dalam tubuh organisasi. Jangan melaju sendiri, egoistik, dan terlalu enjoy beraktifitas menurut seleranya masing-masing. Akar tradisi jangan diabaikan, visi-misi jangan dikesampingkan, dan jangan biarkan jamaah menjerit kesakitan. Kondisi seperti ini jangan sampai terjadi pada tubuh organisasi. Karena NU adalah juara pertama dan dua dalam konteks sosial keumatan ketika menjadi jamiyah diniyah pertama kali hingga saat ini. NU juga pernah menjadi juara dua dan tiga dalam perpolitikan ketika menjadi partai NU dengan keluhuran moralitas ulamanya.

 

Jika dianalogikan dengan tim sepak bola, sebuah tim harus punya striker yang lincah dan tangguh. Pemain belakang harus kuat dan matang. Pemain tengah harus progresif, penjaga gawang bisa dibanggakan. Pemain yang direkrut harus melalui penyeleksian. Para senior yang pernah menjadi bintang, kini menjadi pelatih. Manajer harus cerdas dan cemerlang. Sang manajer tahu kapan permainan lambat dan kapan bermain cepat. Asisten pelatih mampu menerjemahkan orientasi dan instruksi manajer.

 

Falsafah sepak bola itu sangat sederhana ‘build in regulation’. Semua berdasarkan aturan. Satu dari dan untuk semua. Satu kena, semuanya kena. Satu brutal, semua dianggap gagal. Jika satu orang saja bisa memperlihatkan kelincahan dan profesionalitasnya, maka nama tim akan terangkat baik. Jangan klaim mereka mencari popularitas dan ketenaran. Berikan mereka like kepada mereka yang berprestasi. Itulah sepak bola liga Inggris. Kecil, bundar, tapi bisa mengajarkan kepada kita sebagai kader NU tentang pentingnya memahami dan memaknai ritme hidup.

 

Jangan lupa, tim harus belajar pada sejarah kebesaran yang dirintis oleh para muassis. Dari sejak menjadi tim yang solid dalam menurunkan kader yang konsisten terhadap ideal keumatan maupun saat memaksimalkan pemain inti yang ahli dalam bidang politik. Kita harus bisa bertengger di puncak klasmen liga Inggris yang mulai ketat dan bertabur tim-tim yang baru promosi. Mereka jangan disepelekan, mungkin saja melakukan serangan balik. Piala liga Inggris harus diraih dengan cara yang sportif. Agar dikatakan sebagai tim yang bisa mematangkan kembali konsentrasi dan memompa etos semangat para pemain, mulai di luar hingga ke dalam lapangan.

 

Adalah Wakil Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Pragaan Sumenep
 


Opini Terbaru