• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Pendidikan

Alumni FIP Unesa Raih Beasiswa S2 LPDP di 4 Kampus Ternama Dunia

Alumni FIP Unesa Raih Beasiswa S2 LPDP di 4 Kampus Ternama Dunia
Ahmad Abdullah Zawawi, lulusan S-1 Manajemen Pendidikan, FIP, Unesa. (Foto: NOJ/humas)
Ahmad Abdullah Zawawi, lulusan S-1 Manajemen Pendidikan, FIP, Unesa. (Foto: NOJ/humas)

Surabaya, NU Online Jatim

Ketekunan dan kegigihan Ahmad Abdullah Zawawi, lulusan S-1 Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam meraih cita-citanya patut diacungi jempol. Dia diterima S-2 di empat kampus ternama di dunia sekaligus lewat jalur beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

 

Pria yang akrab disapa Ahmad ini terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Kondisi ini tak membuatnya minder apalagi putus asa. Justru ini menjadi cambuk semangatnya untuk terus belajar dan giat mengembangkan diri dalam dan luar kampus.

 

“Ayah sudah meninggal dunia sejak saya masih di sekolah dasar. Sejak itu Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga yang sehari-harinya bekerja sebagai penjual es,” ungkapnya.

 

Setelah lulus dari SMK Negeri 1 Surabaya, Ahmad bermaksud langsung mencari kerja mengingat kondisi ekonomi orang tuanya. Ibunya pun tidak memperbolehkan dia untuk kuliah karena kendala biaya.

 

Di tengah himpitan pilihan dan tuntutan itu, dalam hati kecil Ahmad tertanam keinginan untuk kuliah. Sampai akhirnya dia meyakinkan orang tuanya dan mendapat restu untuk kuliah di Unesa jalur beasiswa Bidikmisi.

 

Ternyata, kenyataan tak semanis harapan, Ahmad gagal masuk jalur Bidikmisi karena kesalahan pendaftaran. Dia pun nekat mendaftar di jalur SNMPTN dengan biaya mandiri dan diterima di prodi S-1 Manajemen Pendidikan Unesa.

 

Dia merasa tidak ada pilihan selain kuliah di Unesa apapun caranya. Masalah biaya pasti ada jalannya. Ahmad mencari cara agar bisa membayar kuliah setiap semester. Dia pun bekerja part time di salah satu department store Surabaya.

 

“Ibu tahunya saya dapat beasiswa, padahal bayar sendiri. Saya sengaja gak ngomong agar tidak menjadi beban dan merepotkan Ibu,” terang pria yang hobi menulis tersebut.

 

Kendati kuliah sambil kerja, Ahmad tetap menorehkan prestasi gemilang baik akademik maupun non-akademik. Dia sempat dua kali berturut-turut menjadi mahasiswa berprestasi atau mawapres FIP dan dua kali menjadi finalis mawapres tingkat universitas.

 

Selain itu, dia juga mengikuti lomba debat 15 kali berturut-turut. Bahkan program-program besutannya pernah dua kali lolos pendanaan kementerian. Dia juga aktif mengembangkan diri di organisasi dan pernah menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan ketua BEM Fakultas.

 

Prestasi demi prestasi tersebut merupakan langkah kecilnya untuk mewujudkan cita-cita besarnya selama ini, yaitu bisa studi S-2 di luar negeri. Karena itulah, setelah lulus di Unesa, pria yang merupakan Chief Executive Officer (CEO) Inclupedia ini langsung mempersiapkan diri untuk apply beasiswa LPDP.

 

Guna memenuhi syarat beasiswa tersebut, dia pun berhijrah ke Pare, Kediri untuk mendalami bahasa Inggris selama enam bulan. Ahmad tidak mau gagal untuk yang kedua kalinya seperti waktu mendaftar S-1 dulu. Karena itu, semuanya benar-benar dipersiapkan dengan matang.

 

Setelah melewati perjuangan panjang tersebut, Ahmad akhirnya dinyatakan lolos beasiswa LPDP. Tak tanggung-tanggung dia diterima di empat kampus besar sekaligus yaitu University of Melbourne Australia, Monash University Australia, The University of Sydney Australia dan Glasgow University, UK.

 

Karena berbagai pertimbangan termasuk durasi kuliah, ranking kampus dan mata kuliah yang relate dengan karir ke depan, Ahmad akhirnya memilih kuliah di The University of Sydney dan akan berangkat ke Negeri Kanguru pada 11 Februari 2023 mendatang. Dia menargetkan bisa merampungkan studi magisternya di sana 1 tahun, setelah itu berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor.

 

“Prinsip saya, bercita-cita atau bermimpi itu gratis dan proses meraihnya pun pasti punya nilai. Hasil dari kerja keras tentu akan berbuah manis pada akhirnya. Semua butuh perjuangan, kesabaran dan ketekunan. Itu yang saya lakukan. Poinnya yaitu niat, yakin, tekad, usaha dan doa,” pungkasnya.


Pendidikan Terbaru