Film Sekotak Nasi, Pesan Moderasi Beragama yang Cukup Gamblang
Ahad, 11 Agustus 2024 | 13:00 WIB

Penyerahan hadiah pemenang Lomba Film Pendek Moderasi Beragama oleh UIN KHAS Jember. (Foto: NOJ/ Aryudi AR)
Aryudi AR
Kontributor
Jember, NU Online Jatim
Seorang pria paruh baya tampak menghadiri syukuran pembukaan toko baru milik Lukas, warga non Muslim. Usai syukuran, pria itu pulang dengan membawa nasi kotak pemberian Lukas.
Namun begitu sampai di rumahnya, si istri ogah makan nasi kotak itu. Si istri ngotot nasi kotak tersebut tidak boleh dimakan, bahkan dibilang haram. Alasannya, nasi itu berasal dari orang yang notabene non Muslim sehingga diragukan kehalalannya. Nasi kotak itu digeletakkan begitu saja.
Selanjutnya, terjadi perdebatan yang sengit antara pasangan suami istri itu. Si istri tetap tidak memperbolehkan nasi itu dimakan. Sebaliknya sang suami meski kurang tegas namun tetap menghalalkan nasi itu dimakan. Alasannya, nasi bukan urusan agama.
Mendengar pasangan itu ribut-ribut, Pak RT yang kebetulan lewat, masuk rumah itu karena khawatir terjadi sesuatu. Pak RT kaget karena yang dipermasalahkan cuma halal-haramnya nasi kotak itu. Kendati demikian, ia tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan debat kusir tersebut.
Saat debat masih berlangsung, tiba-tiba keduanya menoleh kepada Nanang, anaknya. Dan ternyata nasi kotaknya sudah ludes dia santap.
Itulah sinopsis film Sekotak Nasi yang terpilih sebagai juara 1 dalam Lomba Film Pendek Moderasi Beragama yang digelar Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember.
Penyerahan penghargaan untuk sang juara dilakukan di gedung Kuliah Terpadu (GKT) kompleks UIN KHAS Jember, Jumat (09/08/2024). Rektor UIN KHAS Jember Prof Hepni Zain berkenan membagikan langsung piala kepada kru Sekotak Nasi.
Sutradara film Sekotak Nasi, Yusuf Abdillah mengatakan, film tersebut diilhami oleh suasana masyarakat di Bali. Katanya, di Pulau Dewata yang kebanyakan non Muslim tersebut tidak gampang mencari warung nasi yang dikelola Muslim. Kebanyakan warung atau tempat makan dikelola oleh orang non Muslim.
"Kami pernah berkunjung ke Bali beberapa bulan lalu. Kami mampir di sebuah rumah makan yang dikelola oleh non Muslim. Kami pun pesan makanan yang halal, dan dengan lahap kami makan. Walaupun begitu di hati saya berkecamuk: halalkah makanan yang kami makan itu,” urai Yusuf kepada NU Online Jatim.
Siswa kelas XII MAN 3 Magetan itu menambahkan, keraguan atas kehalalan makanan yang disajikan non Muslim, tidak hanya terjadi di Bali tapi juga di tempat lain.
Yusuf menyebutkan, bisa saja antara Muslim dan non Muslim hidup damai bertetangga. Namun ketika si Muslim diberi makanan oleh non Muslim terkadang masih diragukan kehalalannya.
“Pesan yang ingin disampaikan film Sekotak Nasi adalah makanan dari non Muslim tak perlu dipermasalahkan kehalalannya kecuali materi makanan jelas-jelas tidak halal, atau cara memasaknya juga tidak suci,” urai Yusuf.
Pendamping kru film Sekotak Nasi, Muhammad Irfan Sholihin mengapresiasi ajang tersebut. Menurutnya, UIN KHAS Jember telah memelopori gerakan moderasi beragama di kalangan siswa-siswi.
“Mudah-mudahan dengan event ini moderasi beragama masuk di kalangan generasi muda, khususnya pelajar,” ungkapnya.
Terpopuler
1
Hadits Keistimewaan Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah
2
Khutbah Idul Adha: 2 Pelajaran Penting dari Kurban Nabi Ibrahim
3
Jelang Idul Adha, YPM Sidoarjo Distribusikan 70 Kambing Kurban ke Masyarakat
4
Jelang Idul Adha PWNU Jatim Terima Hewan Kurban dari DPD Golkar
5
Ketua IPPNU Jatim Ulas Gambaran Organisasi di Masa Depan
6
Pancasila Selaras dengan Ajaran Islam, Keadilan Sosial Jadi Bukti
Terkini
Lihat Semua