Pendidikan

Halal Bihalal UIN KHAS Jember, Prof Hepni Jelaskan Makna Akronim Sahur

Jumat, 11 April 2025 | 11:00 WIB

Halal Bihalal UIN KHAS Jember, Prof Hepni Jelaskan Makna Akronim Sahur

Halal Bihalal UIN KHAS Jember. (Foto: NOJ/AR)

Jember, NU Online Jatim

Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember Prof Hepni berharap agar tradisi sahur tetap dilanjutkan walaupun bulan Ramadhan sudah berlalu. 

 

Harapan tersebut disampaikan Prof Hepni saat memberikan sambutan dalam Halal Bihalal keluarga besar UIN KHAS Jember di Gedung Bussiness and Education Center (BEC), Kamis (10/4/2025).

 

Menurut Prof Hepni, selain berhalal bihalal dan bersilaturahmi, tradisi sahur perlu dilanjutkan pasca-Ramadhan. Tentu saja bukan sahur dalam pengertian makan dan minum, tapi tradisi yang mengiringinya bagus dilanjutkan.

 

“Misalnya bangun dini hari, tahajud dan beristighfar kepada Allah,” ungkapnya.

 

Selain tradisi sahur yang perlu dilanjutkan, sahur dari sisi akronim juga baik dilakukan di luar bulan Ramadan.


Prof Hepni memaknai sahur dengan 5 kata sesuai dengan huruf-huruf dalam kata sahur. Pertama adalah huruf S yang diberi arti Sustanaible. Kebiasaan-kebiasaan selama Ramadhan seperti kajian Islam, tadarus, qiyamul lail, bahkan imsak di siang hari, perlu dilanjutkan di bulan-bulan yang lain.


Katanya, imsak ‘am mempunyai pengertian mengendalikan diri dari sesuatu yang dilarang oleh Allah. Sedangkan imsak bih adalah menjaga diri karena perintah Allah. 

 

“Kalau kita betul-betul imsak (seperti pengertian di atas), maka kehidupan akan terjaga dengan baik,” ujarnya. 

 

Kedua adalah huruf A, Afirmatif. Ini sering dimaknai dengan sering memberikan kemudahan kepada orang lain. Tidak mempersulit urusan orang lain, dan sebagainya. “Memberikan kemudahan dan maaf kepada orang lain, termasuk afirmatif,” urainya.

 

Ketiga adalah huruf H, yang berarti Humanity. Yaitu kemanusiaan. Pembebasan manusia dari dari kebodohan, kemiskinan keterbelakangan, marginalisasi, dan sebagainya  adalah nilai-nilai kemanusiaan yang mesti terus dikedepankan.

 

“Karena Islam itu sesungguhnya memuat banyak sekali nilai-nilai kemanusiaan,” ungkap Prof Hepni.  

 

Keempat huruf U, yaitu Unity yang berarti persatuan. Kata Prof Hepni, umat Islam semestinya bersatu agar kuat. Jika tidak bersatu, maka akan ‘diambil’ satu-satu. 

 

Kemenangan tidak akan pernah diraih tanpa kekuatan. Tidak ada kekuatan tanpa persatuan, dan tidak ada persatuan tanpa toleransi. “Silaturahmi akan membentuk ukhuwah, dan dari situ persatuan terbangun,” jelasnya.

 

Kelima adalah R, yang berarti Responsif. Menurut Prof Hepni, perkembangan zaman membutuhkan respons yang begitu cepat. Telat sedikit, ditinggal. Katanya, respons tidak sama dengan reaksi. Reaksi itu tidak matang, sekadar langsung bereaksi terhadap segala sesuatu yang muncul.

 

“Tetapi respons sudah dengan perhitungan yang matang. Baru kita memberikan respons sesuai dengan tingkat problem yang kita hadapi,” pungkasnya.