Malang, NU Online Jatim
Mahasiswa Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) Tematik Universitas Islam Malang (Unisma) membantu para petani memanen cabai, Sabtu (14/08/2021). Kegiatan ini dilaksanakan di Jalan Raya Pulungdowo, Dusun Glagahdowo, Desa Pulungdowo RT 02 RW 05 Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
Mahasiswa KSM kelompok 121 melakukan hal ini karena kurangnya sumber daya manusia dalam kegiatan pertanian yang dikarenakan adanya pengurangan sumber daya manusia yang diperkerjakan oleh para pemilik lahan dalam memanen hasil pertanian tersebut. Pengurangan sumber daya manusia ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang menanam cabai di masa pandemi sehingga menyebabkan stok cabai dipasaran melimpah ruah yang menyebabkan harga cabai dipasaran menurun drastis.
Turunnya harga cabai di pasaran mengakibatkan rendahnya jumlah rupiah yang didapatkan. Untuk menutupi hal tersebut para pemilik lahan mengurangi sumber daya manusia sehingga pengeluaran pembayaran bagi para pekerja juga tidak terlalu banyak.
Setelah mendapatkan informasi bahwa harga cabai di pasaran anjlok, mahasiswa KSM Tematik Unisma memutar otak untuk meningkatkan daya jual cabai yang nantinya akan diolah menjadi produk yang mempunyai harga jual tinggi. Seperti yang diketahui bahwa mayoritas masyarakat Indonesia sangat menyukai masakan bercita rasa pedas khususnya di kalangan para remaja dan dewasa. Oleh karena itu, mahasiswa KSM Tematik Unisma termotivasi untuk membuat sebuah produk yang memanfaatkan cabai, yang dijadikan berupa bubuk cabai kering. Bubuk cabai kering tersebut dapat dikonsumsi secara langsung atau sebagai pelengkap makanan yang akan dijual kepada masyarakat sekitar, warung-warung kecil dan dipasarkan melalui online shop.
“Saya berterima kasih kepada para mahasiswa KSM Tematik Unisma karena dengan baik hati membantu saya dalam mengelola dan memasarkan hasil panen cabai yang sedang mengalami penurunan drastis. Dengan ide pembuatan bubuk cabai kering tersebut saya menjadi termotivasi untuk meneruskan usaha penjualan bubuk cabai khususnya di desa,” ujar Juwaita salah satu petani cabai di desa tersebut.
Sabtu (21/08/2021) dilakukan proses pembuatan bubuk cabai kering. Proses tersebut dimulai dari pemanenan cabai yang telah dilakukan di minggu sebelumnya. Hasil panen cabai diperoleh 5 kilogram, cabai basah. Setelah itu cabai dijemur, dengan proses penjemuran yang dilakukan selama 2-3 hari dibawah terik matahari apabila cuaca mendukung. Jika cuaca mendung akan dibantu dengan pengovenan selama dua jam dengan suhu 120 derajat celcius.
Setelah dikeringkan, cabai dihaluskan dengan cara diblender dan diberi campuran garam serta penyedap rasa. Lalu cabai dikemas ke dalam dua ukuran 70 gram dan 30 gram. Bubuk cabai kering yang dikemas dengan berat 70 gram, dibandrol dengan harga Rp 13 ribu sedangkan yang beratnya 30 gram dibandrol dengan harga Rp 7 ribu.
“Harapan kami setelah mengolah cabai basah menjadi bubuk cabai kering, harga jual cabai yang aslinya Rp 12 ribu per kilo bisa lebih dari itu, sehingga menambah pemasukan para petanai cabai,” kata Nisrina salah satu anggota KSM Tematik kelompok 121.