• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Pendidikan

Sambut Hari Santri, Unisma Gelar Webinar Kebangsaan Bersama Gus Miftah

Sambut Hari Santri, Unisma Gelar Webinar Kebangsaan Bersama Gus Miftah
Webinar Kebangsaan Unisma. (Foto: NOJ/MJ)
Webinar Kebangsaan Unisma. (Foto: NOJ/MJ)

Malang, NU Online Jatim

Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar webinar kebangsaan dalam rangka menyongsong Hari Santri 2021. Salah satu tokoh yang diundang ialah KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal Gus Miftah.

 

Rektor Unisma, Prof Maskuri mengungkapkan, total peserta yang berpartisipasi webinar sejumlah 240. Selain Hari Santri, acara ini juga menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama (NU). 

 

"Kita hari ini akan berbicara tentang sosok ideal pemimpin NU menjelang satu abad tanpa harus menyebut nama. Kita ingin memberikan sebuah kriteria tentang pemimpin NU menjelang satu abad," kata Prof Maskuri.

 

Sesuai dengan tema yang diambil yaitu 'Sosok Ideal Pemimpin NU Menjelang 1 Abad', menurut Prof Maskuri, hari ini NU membutuhkan pemimpin yang bisa membawa perubahan.

 

"Kita harapkan pemimpin NU yang bisa mengayomi dan menjadi lokomotif perubahan segala bidang," terangnya.

 

Wakil Rektor III Unisma Bidang Kemahasiswaan, Kegamaan, dan Publikasi Dr Badat Muwakhid mengaku webinar kali ini untuk memberikan wawasan masyarakat dalam kajian akademis terhadap sosok pimpinan ideal NU.

 

"Ke depan kami berharap pemimpin NU adalah sosok yang bisa berfikir bagaimana mengangkat pengembangan jam'iyah. Majunya jam'iyah didukung mumpuni teknologi dan karakter," imbuhnya.

 

Sementara, Gus Miftah menuturkan, ada lima catatan jenis orang yang mengaku menjadi warga NU. Pertama adalah orang yang tidak menahu apa itu tawassuth, tawazun dan sebagainya, tapi bangga mengaku 'Saya NU'.

 

Kedua, kelompok orang tahu bagaimana sebenar NU, baik pergerakan, faham yang dibawa NU, sikap NU. Tetapi lebih memilih diam acuh dan tidak memperdulikan NU akan maju atau mundur.

 

"Mengaku NU, tapi mereka cuek," beber Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta tersebut.

 

Selanjutnya, adalah orang yang hanya ingin manfaatkan untuk ambisi memperoleh jabatan dan posisi. Karena NU seksi ketika sedang dibutuhkan. Terlebih di masa perpolitikan pemilu maupun pemilihan kepala daerah.

 

"Slogannya 'Yuk hidupi NU', padahal mereka hidup di NU," imbuh Gus Miftah.

 

Keempat, orang yang saling membenci NU, tapi agar selamat mereka mengaku warga NU. Terakhir, jenis kelima ialah orang yang berpengetahuan, benar-benar ikhlas mengabdi kepada jam'iyah tanpa mengharapkan apa-apa.

 

"Jadi benar benar gigih berjuang dari NU tanpa pamrih," tandas pendakwah kaum marjinal kelahiran Lampung 1981 ini.


Pendidikan Terbaru