• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Rehat

Kiai Ini Istikamah Puasa Syawal meski Menjamu Sejumlah Tamu

Kiai Ini Istikamah Puasa Syawal meski Menjamu Sejumlah Tamu
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghormati tamu saat tuan rumah sedang berpuasa.  (Foto: NOJ/KNg)
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghormati tamu saat tuan rumah sedang berpuasa.  (Foto: NOJ/KNg)

Di tulisan ini telah ditampilkan beberapa keutamaan dari puasa sunah Syawal. Apalagi hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut juga telah diketahui. Namun kondisinya akan berbeda bila tuan rumah sedang puasa, sehingga para tamu akan sungkan menyantap hidangan yang tersedia. Karenanya, ada baiknya meniru yang dilakukan kiai di Jawa Tengah ini. berikut kisahnya.

 

Di antara maziyyah, keistimewaan Kiai Umar bin Abdul Manan, Mangkuyudan, Solo adalah kepiawaiannya membawa diri sehingga dapat menjaga perasaan orang lain dengan cara-cara yang indah. Dari keluarga, tamu, santri, tetangga, orang miskin, kaya, pejabat, rakyat, Muslim atau non-Muslim semua dihormati Kiai Umar dengan baik.


Dalam Ad Durrul Mukhtar, sebuah buku karya KH Ahmad Baedlowie Syamsuri yang mengisahkan manaqib (kisah hidup) Kiai Umar, diceritakan bahwa Kiai Umar adalah orang yang rutin menjalankan puasa sunah Syawal selama 6 hari dengan dimulai setiap tanggal 2 Syawal. Padahal, di sisi lain, hari-hari seperti itu Kiai Umar juga sedang open house, tamu dari berbagai daerah sedang banyak berdatangan dengan keperluan silaturahim, sowan Lebaran.


Namun, bagaimana sikap para tamu ketika mereka mengetahui bahwa tuan rumah yang didatangi dalam keadaan puasa? Hampir bisa dipastikan mereka tak akan leluasa menyantap sajian yang sudah berada di depan mata. Siapa pun tamunya, bukankah ini merupakan sedikit rintangan?


Namun Kiai Umar tidak kekurangan cara supaya para tamu dapat menikmati hidangan tanpa mereka sadar bahwa kiai sedang berpuasa. Kiai Umar selalu menyiapkan setengah gelas air minum yang disajikan di hadapannya. Sewaktu kiai mempersilakan para tamu untuk menikmati sajian ataupun minuman “monggo-monggo, silakan!”, Kiai Umar juga sembari mengangkat gelas yang telah disiapkan dengan menyentuhkan bibir gelas yang ia pegang naik ke atas hingga menempel pada bibir kiai. Dengan begitu, tak ada tamu yang merasa bahwa kiai adalah orang yang berpuasa. Mereka juga tak ada yang sadar bahwa air setengah gelas yang di hadapan kiai hanyalah air fantasi saja. Yang mengetahui ini hanyalah keluarga atau orang-orang terdekatnya saja.


Beginilah di antara potret orang yang mengikuti sunah-sunah Nabi dengan cara elegan dan berhati-hati. Tidak hanya berhenti pada boleh atau tidak boleh menurut kacamata syariat, tapi adab dan tata adat masyarakat juga selalu mereka pegang dengan kuat.

  

Di sini, minimal dapat ambil pelajaran. Pertama, bahwa Kiai Umar adalah pengamal puasa sunah 6 hari di bulan Syawal di mana pahalanya sama dengan puasa setahun penuh. Kedua, Kiai Umar adalah orang yang hormat kepada tamu dengan penghormatan yang istimewa. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad, yang artinya: Barang siapa iman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya


Rehat Terbaru