• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Tapal Kuda

Heboh Wayang Haram, Kiai Ma'ruf Khozin: Islam Menerima Tradisi

Heboh Wayang Haram, Kiai Ma'ruf Khozin: Islam Menerima Tradisi
Suasana diskusi Kiai Ma'ruf Khozin dengan Gus M Nailurrochman pada podcast kopipanas.channels (Foto: NOJ/Diana Putri Maulida)
Suasana diskusi Kiai Ma'ruf Khozin dengan Gus M Nailurrochman pada podcast kopipanas.channels (Foto: NOJ/Diana Putri Maulida)

Pasuruan, NU Online Jatim
Sempat beredar video ceramah salah seorang ustadz yang menyebut bahwa wayang haram dan harus dimusnahkan. Menurutnya, hal tersebut dilarang oleh agama Islam dan peninggalan nenek moyang itu, baiknya hanya dikenang saja.


Penyataan itu menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Terhitung per Senin (21/02/2022) pukul 10.22 WIB, kata "Khalid Basalamah" telah diketik lebih dari lima belas ribu twit di jagat twitter.


Mengenai pandangan Islam terhadap tradisi dan budaya, disebutkan Ketua Aswaja NU Center Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin bahwa Islam adalah agama yang menerima tradisi. Sebab, ketika Nabi diutus untuk berdakwah di Kota Mekkah dan Madinah, kondisi kedua kota tersebut juga tidak kosong dari tradisi masyarakat.


"Kalau ada sesuatu yang oleh kebanyakan umat Islam dianggap baik, maka di sisi Allah itu baik. Islam itu menerima tradisi," ucapnya dalam tayangan podcast pada YouTube kopipanas.channels dengan judul ‘Islam dan Kebudayaan’ itu.


Kiai muda tersebut menjelaskan, tradisi dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, apabila berkaitan dengan Allah, teologi, serta akidah, maka prinsip utamanya dikembalikan pada surah Al-Kafirun ayat 6: 'bagimu agamamu, bagiku agamaku'.


Dirinya juga lantas mencontohkan peristiwa saat Nabi menaklukkan Kota Mekkah. Nabi menyingkirkan semua berhala milik orang kafir yang ada di sekitar Ka'bah. Sebab, dikatakan Kiai Ma'ruf Khozin, tidak diperbolehkan adanya sesembahan lain saat melakukan penyembahan pada Allah.


Kedua, apabila tradisinya tidak menyangkut keesaan Allah, maka Nabi mengubah substansi atau isi tradisi tersebut. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud Al-Baihaqi bahwa Nabi mengganti dua hari raya milik kafir Quraisy menjadi hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.


"Ketika Nabi datang ke Madinah, masyarakat sudah punya hari raya Nairus dan Mahrajan. Oleh Nabi, hari raya tersebut tidak dihapus, tapi diubah dan diganti dengan yang lebih baik," terang Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.


Ketiga yakni tradisi yang tidak bertentangan dengan akidah maupun fiqih, maka Nabi membiarkan dan menerima. Hal ini membuktikan bahwa Nabi sama sekali tidak menolak adanya tradisi.


Lebih lanjut, Kiai Ma'ruf Khozin menyebut, orang-orang yang sangat anti dengan tradisi karena digerakkan dengan wacana purifikasi (pemurnian) Islam. Maksudnya, setiap ada sesuatu yang tidak berkaitan dengan apa yang dibawa oleh rasulullah, maka dianggap tahayyul, khurafat, dan harus disingkirkan.


"Sementara para kiai dan ulama kita di NU, lebih menjadikan tradisi itu sarana dakwah. Orang itu tidak bisa lepas dari budaya dan tradisi. Ketika budaya disenangi oleh mereka, para kiai masuk dan disana dibimbing juga diarahkan. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, Indonesia menjadi islam yang mayoritas," tandas Kiai Ma'ruf Khozin.


Dikutip dalam video di kanal YouTube akun Yarif TV, ustadz bersangkutan menyatakan bahwa seorang muslim harus sadar akan identitasnya, sebab muslim dipandu oleh agama. Sehingga, seharusnya islamlah yang dijadikan budaya, bukan malah sebaliknya. Akan tetapi, sejak Selasa (22/02/2022), video yang diunggah sekitar satu tahun lalu tersebut sudah tidak dapat diakses lagi.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru