JQHNU Lumajang Jelaskan Pentingnya Talaqi dalam Belajar Makhraj
Ahad, 30 Januari 2022 | 12:00 WIB
Sufyan Arif
Kontributor
Lumajang, NU Online Jatim
Penasihat Pimpinan Cabang (PC) Jam'iyyatul Qurra' Wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kabupaten Lumajang Ustadz Abdul Halim menjelaskan, bahwa di dalam belajar makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) Al-Qu'ran penting dengan Talaqi atau bertemu langsung dengan guru yang ahli tajwid.
Hal itu disampaikan saat siaran program ‘Satu Jam bersama JQHNU Lumajang’ dengan tema "Belajar Makharijul Huruf", Sabtu (29/01/2022). Kegiatan tersebut disarkan langsung dari studio Media Center An-Nahdloh (MCN) Gedung NU I, jalan Alun-alun Timur, Lumajang.
Ustadz Abdul Halim menjelaskan, membaca Al-Qur'an dengan tartil hukumnya wajib. Di antara kerangka bacaan tartil, menurutnya adalah ketepatan seseorang dalam membaca huruf secara benar sesuai dengan makhrajnya menjadi syarat wajib yang tidak boleh ditinggalkan.
"Sebelum kita belajar baca Al-Qur'an, maka pada satu keterangan dalam kitab Al-Jazariyyah dijelaskan kita wajib belajar makharijul huruf dulu. Kemudian makharijul huruf itu sendiri ada syarat-syaratnya agar kita pas saat membacanya," jelas Pengasuh Kampung Qur'an, Desa Kalidilem, Kecamatan Randuagung, Lumajang ini.
Ia menuturkan, syarat-syarat itu menjadi bagian proses yang harus dilakukan bagi seseorang yang belajar tajwid. Sehingga bacaan Al-Qur'an sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW.
"Semua orang tidak akan pas bacaannya kecuali Rasulullah yang memang langsung dari Malaikat Jibril. Maka, seperti yang dicontohkan Nabi, belajar makharijul huruf haruslah bertalaqi, yaitu bertatapan muka dengan guru, melihat bagaimana caranya membaca huruf demi huruf Al-Qur'an," imbuhnya.
Lebih lanjut, hal itu merupakan cara Rasulullah belajar membaca Al-Qur'an kepada Malaikat Jibril, yakni dengan melihat dan meneliti secara seksama cara membaca yang benar huruf-huruf Al-Qur'an.
"Ini yang dinamakan metode Jibril. Malaikat Jibril mengajar Nabi kita dengan bersentuhan lutut, sangat dekat," tegasnya.
Hal ini tentunya perlu ketekunan dan keuletan, mengingat pengaruh dialek di setiap daerah berbeda-beda. Sehingga siapapun orangnya dan dari suku apapun, jika membaca Al-Qur'an sebisanya harus memakai lahjah atau logat arab sesuai yang diajarkan ulama.
"Belajarnya harus kontinu, jangan satu kali. Terutama pada surat Al-Fatihah, karena setiap hari kita baca membacanya dalam shalat," pungkasnya.
Di akhir penyampaian, Ustadz Abdul Halim pun menjelaskan satu persatu 17 makharijul huruf dalam Al-Qur’an disertai dengan praktik pelafalannya.
Terpopuler
1
4 Rekomendasi MUI Jatim soal Penggunaan Sound Horeg
2
Fatwa MUI Jatim: Sound Horeg Haram Jika Timbulkan Gangguan dan Kemaksiatan
3
Workshop Nawaning Nusantara Dorong Gerakan Pesantren Anti Kekerasan Seksual
4
Fatayat NU Jatim Gelar Sosialisasi Tanggap Bencana, Perkuat Peran Perempuan dalam Kesiapsiagaan
5
MDS Rijalul Ansor Jatim 2024-2028 Dikukuhkan dan Rakerwil di Lirboyo
6
Melalui DTD Garfa, Fatayat NU Jatim Cetak Kader Tanggap Darurat
Terkini
Lihat Semua