Tapal Kuda HARLAH KE-102 NU

Ketua PWNU Jatim Tegaskan NU Didirikan untuk Mendampingi Umat

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:26 WIB

Ketua PWNU Jatim Tegaskan NU Didirikan untuk Mendampingi Umat

Ketua PWNU Jatim, KH Kikin A Hakim. (Foto: NOJ/MR)

Probolinggo, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Kikin A Hakim menegaskan bahwa NU didirikan untuk mendampingi umat. Penegasan itu disampaikan saat peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 NU dan Rakerwil Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jum’at (24/01/2025).


Gus Kikin sapaan akrabnya, menyebutkan bahwa NU didirikan pada tahun 1926 M. Pada saat itu, di bawah penjajahan Belanda, kondisi bangsa Indonesia sedang susah. Umat Islam, khususnya di lingkungan pondok pesantren ditekan habis. Menurutnya, di masa itu belum ada wadah bagi para ulama.


“Tadinya diwadahi oleh Sarekat Islam. Tapi Sarekat Islam pecah, kemudian Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) ditinggal. Di masa ini tidak ada wadah para ulama, sehingga akhirnya pada 1926 mendirikan NU,” ujarnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng itu menerangkan, didirikannya NU dilakukan untuk wadah konsolidasi antar pondok pesantren, sehingga pondok pesantren yang pada awalnya hanya kegiatan ta’lim muta’allim, kemudian ada kegiatan berorganisasi.


“Ini satu anugerah yang luar biasa. Karena dengan pendampingan para ulama, masyarakat di grassroots itu akhirnya tidak terpecah. Ada wadahnya, ada yang membimbing dan mengarahkan. Semuanya berkumpul dalam satu wadah Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.


Pihaknya menyampaikan, peringatan Harlah ke-102 NU ini dilaksanakan dalam rangka mengungkapkan rasa syukur kepada Allah, terutama atas berdirinya organisasi sosial kemasyarakatan terbesar ini. Mengingat, Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang memiliki satu kekuatan yang besar.


“Mudah-mudahan dengan semangat yang sama, dengan kita mengenang kembali perjalanan sejarah NU, menjadi pedoman kita bagaimana memperjuangkan kekuatan-kekuatan yang berbasis persatuan dalam sebuah ukhuwah,” terang Gus Kikin.


Untuk itu, Gus Kikin menekankan pentingnya menggali sejarah perjuangan masyayikh dan muassis NU. Apalagi perjuangan ulama pesantren tersebut sangat sedikit dimuat dalam buku sejarah nasional. Proses penggalian sejarah tersebut tak lain untuk menggali pelajaran sekaligus landasan menuju masa depan.


“Kita perlu gali kembali perjalanan perjuangan masyayikh, perjalanan perjuangan muassis NU, yang sampai sekarang sangat-sangat sedikit dimuat di dalam buku sejarah nasional. Dan kita masih ada kesempatan untuk menggali kembali, kita jadikan ibrah, kita jadikan landasan atau rel kita untuk menuju masa depan,” katanya.


Apresiasi Pesantren Nurul Jadid

Selain itu, Gus Kikin menyampaikan apresiasi atas kemajuan yang ditunjukkan oleh Pesantren Nurul Jadid. Ia mengaku perkembangan Pesantren Nurul Jadid cukup signifikan. Misalnya, dari sisi kemampuan personal skill, banyak sekali santri yang dibekali pelatihan-pelatihan pengembangan diri.


“Bahkan ada juga yang dikirim ke China, belajar di China. Belajar mencari ilmu sampai ke negeri China,” ucapnya.


Menurutnya, inisiatif Pesantren Nurul Jadid mengirim santri belajar ke China merupakan hal yang sangat baik. Sebab, negeri China saat ini sedang giat-giatnya untuk improve. Menurutnya, perkembangan teknologi di China luar biasa.


“Jadi santri-santri kita jangan sampai kalah. Kita harus maju, kita harus mampu menempati pos-pos penting, jangan hanya di pondok saja, ketinggalan nanti,” pungkasnya.


Diketahui, acara ini dibuka oleh Wakil Rais PWNU Jatim KH Abd Matin Djawahir. Turut hadir di antaranya, Wakil Rais Aam PBNU KH Anwar Iskandar, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, Gubernur Jatim Terpilih Khofifah Indar Parawansa, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid KH Zuhri Zaini, dan undangan lainnya.