KH Munsif Nahrawi Paparkan Sejarah Pendirian PMII di Sarasehan Yayasan Sahabat Ulul Albab
Sabtu, 5 Oktober 2024 | 21:00 WIB

Pelaksanaan Coffee Morning dan Sarasehan di ruang rapat rektorat UIN Kiai Haji Achmad Siddiq. (Foto: NOJ/wildan)
Wildan Miftahussurur
Kontributor
Jember, NU Online Jatim
Yayasan Sahabat Ulul Albab sukses mengadakan kegiatan Coffee Morning dan Sarasehan yang berlangsung pada Sabtu (5/10/2024) di ruang rapat rektorat UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Kegiatan ini menghadirkan KH. Munsif Nahrawi, salah satu pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang berbagi kisah mengenai proses lahirnya PMII di tengah dinamika politik tahun 60-an.
Dalam pemaparannya, KH. Munsif Nahrawi menyampaikan bahwa situasi politik yang bergejolak saat itu menjadi salah satu faktor yang mendorong lahirnya PMII. Sebagai organisasi yang menaungi mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU), PMII bertujuan agar para mahasiswa NU memiliki wadah untuk berkiprah. "Agar mahasiswa NU jangan tercecer," ungkapnya.
Kiai Munsif menjelaskan lebih lanjut bahwa pada masa itu, perkembangan organisasi mahasiswa serta situasi politik mempengaruhi keputusan para pendiri dalam merumuskan nama PMII. Pertemuan yang berlangsung di Surabaya tersebut berhasil melahirkan nama yang dinamis dan penuh gerakan, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
“Mencari nama yang bergetar, yang bergerak, sehingga muncul nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia," jelasnya.
Dalam pertemuan tersebut, juga diputuskan bahwa PMII berkedudukan di Jakarta, serta menetapkqn Mahbub Junaidi sebagai Ketua Umum pertama PMII secara aklamasi. KH. Munsif mengungkapkan bahwa Mahbub Junaidi terpilih karena kepribadiannya yang luar biasa sebagai aktivis, pembaca buku yang mendalam, serta keterampilannya dalam menyampaikan gagasan di ruang publik.
“Mahbub adalah aktivis yang keren, pembaca buku kelas berat, dan memiliki kemampuan yang hebat dalam menyampaikan pemikiran di ruang publik," tambahnya.
Kiai Munsif juga memberikan pesan kepada kader PMII, terutama di tingkat komisariat dan rayon, agar senantiasa memberikan ruang bagi anggotanya untuk melatih keterampilan berbicara di depan publik. Ia menekankan bahwa keterampilan tersebut penting untuk membentuk sikap toleransi dalam menerima perbedaan pendapat.
Dalam kesempatan itu, Kiai Munsif juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kontribusi kader PMII yang saat ini telah banyak berkiprah di berbagai bidang, terutama dalam dunia pendidikan sebagai rektor dan dosen, serta dalam bidang politik sebagai pemimpin publik di berbagai daerah di Indonesia.
Terkait dengan keberadaan dua organisasi mahasiswa NU di kampus, yaitu PMII dan IPNU-IPPNU, Kiai Munsif berpesan agar keduanya saling menghormati dan menghargai pilihan masing-masing. Sebagai mantan pengurus PP IPNU, ia menegaskan bahwa PMII dan IPNU-IPPNU memiliki hak yang sama untuk melakukan rekrutmen dan pengkaderan di perguruan tinggi.
“Hak asasi setiap mahasiswa untuk memilih PMII atau IPNU," pungkasnya.
Terpopuler
1
Hukum dan Keutamaan Puasa 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
2
Khutbah Jumat: 3 Pesan Rasulullah di Bulan Dzulhijjah
3
10 Awal Bulan Dzulhijjah, Inilah Dalil Anjuran untuk Memperbanyak Dzikir
4
LF PBNU: Idul Adha di Indonesia Berpotensi Berbeda dengan Arab Saudi
5
Pendaftaran UM PTKIN Diperpanjang hingga 2 Juni 2025, Simak Jadwalnya
6
Bolehkah Membagikan Daging Kurban dalam keadaan Matang?
Terkini
Lihat Semua