• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Tapal Kuda

Kiai Wie Chinhay: Nuzulul Qur'an Berikan Banyak Hikmah dan Pelajaran

Kiai Wie Chinhay: Nuzulul Qur'an Berikan Banyak Hikmah dan Pelajaran
Kiai Wie Chinhay saat memberikan tausyiah. (Foto: NOJ/Sufyan Arif)
Kiai Wie Chinhay saat memberikan tausyiah. (Foto: NOJ/Sufyan Arif)

Lumajang, NU Online Jatim 

Nuzulul Qur'an yang diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan oleh umat muslim khususnya di Indonesia mempunyai banyak hikmah dan pelajaran yang patut menjadi bahan renungan, di antara hikmah tersebut adalah pentingnya memahami agama dengan pemahaman lues dan tidak kaku.


Hal itu disampaikan KH Muhammad Nasrulloh atau Kiai Wie Chinhay asal Bondowoso saat menyampaikan tausyiah dalam peringatan Nuzulul Qur'an yang diadakan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lumajang di Aula Kantor setempat, Selasa (26/03/2024).


"Ulama mengatakan, kenapa kita tidak cukup belajar hanya dari Al-Qur'an dan Hadits? Karena banyak hal yang terjadi pada zaman sahabat tidak terjadi di zaman nabi, para sahabat nabi ini sangat cinta pada nabi, mereka hafal dan tahu sabda nabi dan mereka selalu mengangan-angan kira-kira kalau nabi ada beliau apa setuju atau tidak," ujar Kiai keturunan Tionghoa ini.


Dirinya menuturkan, saat ini muncul oknum yang mendakwahkan Islam tapi tidak mencerminkan akhlak nabi, mereka mengatakan Islam hanya cukup Al-Qur'an dan hadits, tidak perlu pakai ucapan-ucapan ulama. Hal demikian tentu tidaklah tepat, sebab Islam terus berkembang dan memerlukan sosok yang ahli dalam memahami konteks dari Al-Qur'an dan hadits.


"Contoh, Al Qur'an itu dulu tercerai-berai di berbagai benda, seperti pelepah kurma, batu dan lain sebagainya. Saat zaman Abu Bakar terjadi banyak para penghafal yang gugur dalam peperangan, puncaknya 70 sahabat penghafal Al-Qur'an gugur dalam sebuah peperangan melawan kaum murtad," terangnya.


Dari peristiwa tersebut sahabat Umar resah, dan mengutarakan kepada Abu Bakar jika dibiarkan maka Al Qur'an bisa musnah saat itu, kemudian Abu Bakar bertanya apa yang harus dilakukan, kemudian Umar memberi usulan agar Al-Qur'an yang tercerai berai harus dikumpulkan jadi satu. Namun Abu Bakar tidak langsung setuju karena hal itu tidak pernah dilakukan nabi.


"Akan tetapi Umar bersikukuh dan berdalih jika Rasulullah masih ada pasti setuju dengan ini dan umar memperkuat usulannya dengan surat Al-Baqarah ayat 2 yang membuat Abu Bakar luluh dan menyetujuinya sehingga menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia proyek tersebut," jelasnya.


Dirinya melanjutkan, mega proyek pengumpulan Al-Qur'an ini berlanjut pada zaman sahabat Umar dan bisa diselesaikan saat zaman sahabat Utsman, sehingga dinamakan mushaf utsmani yang disimpan oleh Sayyidah Hafshah dan hingga hari ini masih ada di museum Turki.


"Al-Qur'an zaman itu tidak sama dengan yang ada sekarang, dulu tidak ada tanda baca, tidak ada titik karena memang belum diperlukan, maka ketika zaman Dinasti Abbasiyah yaitu Khalifah Harun Ar Rasyid, Islam sudah tersebar di seluruh dunia sampai di daratan Eropa, maka ada seorang ulama berinisiatif memberi tanda titik untuk memudahkan bacaan," tuturnya.


Tapal Kuda Terbaru