• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 3 Mei 2024

Tapal Kuda

Nafis, Siswa SMA Nuris Lolos Kuliah di Al-Azhar Mesir Jalur Kemenag

Nafis, Siswa SMA Nuris Lolos Kuliah di Al-Azhar Mesir Jalur Kemenag
Mochammad Nafis Hikam dari SMA Nuris Jember kuliah ke Universitas Al-Azhar Mesir dengan beasiswa penuh lewat jalur Kemenag RI. (Foto: NOJ/Aryudi AR)
Mochammad Nafis Hikam dari SMA Nuris Jember kuliah ke Universitas Al-Azhar Mesir dengan beasiswa penuh lewat jalur Kemenag RI. (Foto: NOJ/Aryudi AR)

Jember, NU Online Jatim

Namanya Mochammad Nafis Hikam. Murid SMA Nuris Jember ini lolos tes masuk Universitas Al-Azhar Mesir melalui jalur Kementerian Agama (Kemenag) dengan beasiswa penuh. Selain beradu kepintaran, juga menguji keberuntungan saat menjalani tes seleksi.


Tidak gampang untuk lolos ke universitas tertua di dunia itu. Pasalnya, pendaftarnya tahun ini yang melalui jalur Kemenag mencapai 3.800 orang dari seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, hanya diambil 20 orang saja. Nama mereka sudah dirilis oleh Kemenag di laman website Kemenag.go.id pada Selasa (20/06/20/2023).


“Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan kiai, orang tua, dan para guru, saya bisa lolos,” katanya kepada NU Online Jatim di kompleks Pondok Pesantren Nuris, Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember, Senin (26/06/2023).


Lajang asal Desa Kasemek, Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso ini, mengaku tak menyangka bisa lolos ke Al-Azhar Mesir. Sebuah universitas penuh sejarah dan telah melahirkan jutaan ilmuan terkenal, bahkan pemimpin dunia.


Nafis mengungkapkan, ada beberapa jalur beasiswa untuk kuliah di Al-Azhar, di antaranya Kemenag dan Kedutaan Besar. Juga tentu saja jalur bebas non beasiswa walaupun yang ini juga tidak gampang.


“Kalau tidak salah yang jalur Kemenag ini diadakan dua tahun sekali. Tahun lalu tidak ada,” jelasnya.


Kata Nafis, dirinya bersama peserta lain harus mengikuti dua kali tes untuk lolos ke Al-Azhar, dan kedua-duanya dilakukan secara online. Pertama adalah tes bahasa. Selain diisi dengan tes tulis, di sesi ini juga ada tes langsung dari panitia di Mesir. Pengujinya langsung dari Mesir melalui zoom. Penguji di antaranya meminta Nafis untuk menyebut salah satu huruf hijaiyah. Setelah huruf hijaiyah disebut, Nafis juga diminta menyebut kosa kata yang diawali dengan huruf tersebut.


“Setelah menyebut kosa kata, penguji meminta saya menjelaskan kota kata yang dimaksud, dengn bahasa Arab yang fasih tentu. Selain itu saya juga ditanya tentang peran perempuan dalam Islam,” urainya.


Kedua adalah tes kebangsaan. Tes ini pengujinya dari Indonesia. Yang ditanya adalah terkait ideologi, toleransi dan sebagainya.


Hasil dari tes ini, kemudian peserta dikerucutkan menjadi 1.600 orang, diseleksi lagi menjadi 1.500 orang. Peserta yang berhasil lolos tahap kedua ini, sudah bisa kuliah di Al-Azhar namun tanpa beasiswa.


“Dari 1.500 orang itu, diseleksi lagi hingga menjadi 20 orang, dan inilah yang kuliah dengan beasiswa penuh,” jelasnya.


 

SMA Nuris Buka Kelas Kuliah di Timur Tengah

Nafis tidak pongah. Meski ia berhasil terpilih sebagai peserta penerima beasiswa di Al-Azhar, namun ia merasa tidak ada apa-apanya jika tak dapat dukungan dari segenap guru dan pengasuh Nuris. Katanya, SMA Nuris menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk kemajuan siswa.


“Saya bersyukur berada di tempat yang tepat (Nuris),” jelasnya.


Seperti diketahui, sejak beberapa tahun terakhir, lembaga Nuris menyediakan kelas khusus bagi murid yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Kelas ini diperuntukkan bagi murid kelas 12. Waktunya adalah setelah pulang sekolah formal.


“Saya tidak heran jika banyak anak Nuris yang mampu menembus perguruan tinggi favorit tiap tahunnya,” ucapnya.


Sedangkan kelas khusus untuk perguruan tinggi di Timur Tengah, baru dibuka tahun ini. Salah satu tentornya adalah Syekh Ali Mohsen Mohamed Elsayed yang merupakan guru tugas dari Mesir, dan beberapa guru lulusan Yaman dan Mesir.


“Jadi, peserta dibimbing sesuai kurikulum yang ada di sana selain belajar sesuai program yang ada di Indonesia,” pungkasnya.

 

Penulis: Aryudi AR


Editor:

Tapal Kuda Terbaru