• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Tapal Kuda

Nyai Ucik Pasuruan Kasih Tips agar Anak Tak Terkendali Gawai

Nyai Ucik Pasuruan Kasih Tips agar Anak Tak Terkendali Gawai
Nyai Ucik Nurul Hidayati. (Foto: NOJ/Diana Putri Maulida)
Nyai Ucik Nurul Hidayati. (Foto: NOJ/Diana Putri Maulida)

Pasuruan, NU Online Jatim

Gawai atau handphone merupakan representasi nyata dari perkembangan teknologi. Berbagai kemudahan dapat dijumpai di era teknologi, mulai dari informasi hingga komunikasi. Namun demikian, penggunaan gawai jangan sampai menguasai kebiasaan sehari-hari terlebih anak-anak.

 

Soal itu, Nyai Ucik Nurul Hidayati, Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Islahiyah Pasuruan, otak manusia terbagi atas dua bagian, yaitu kemanusiaan dan kebinatangan. Kecanduan gawai menyebabkan otak kemanusiaan tertutupi dan didominasi oleh otak kebinatangan. Sehingga, perilaku dan tindakan yang dilakukan tidak jauh dari sifat-sifat binatang.

 

“Anak-anak kalau sudah dikuasai HP, kita minta HP-nya pasti marah-marah, bentak-bentak. Itu karena otak kemanusiaannya tertutupi, jadi keluar tindakan-tindakan demikian,” ungkap dia saat mengisi Kajian Islam Ahlussunnah wal Jama`ah (Kiswah) Female di TV9, Senin (10/01/2022).

 

Bagi Nyai Ucik, peran orang tua di sini sangat penting. Bagaimana memberikan kegiatan-kegiatan yang positif dan menyenangkan untuk anak sehingga rasa candu pada hape sedikit banyak dapat teralihkan.

 

Dirinya juga mengungkapkan, arus informasi yang sedemikian pesat harus menjadikan seseorang lebih berhati-hati memfilter informasi yang akan dikonsumsi. Bijak dalam memilih guru juga merupakan bentuk kehati-hatian tersebut.

 

Nyai Ucik lantas mencontohkan salah satu kelalaian bermedia sosial yaitu mudah terprovokasi dengan berita-berita yang ada, padahal belum jelas kebenarannya. Mirisnya, kelalaian tersebut sampai memunculkan tindakan merendahkan bahkan mencaci orang lain.

 

“Kalau lalai bisa-bisa sampai menghina-hina presiden, meteri. Ada contohnya RT mengolok-olok presiden, lupa kalau dirinya RT. RT mau mengurus semuanya, mestinya ya sudah mengurus warga saja,” tegas dia.

 

Lebih lanjut, perempuan kelahiran tahun 1963 ini juga memaparkan hal-hal positif yang didapatkan dari perkembangan teknologi. Menurutnya, melanggengkan komunikasi di masa pandemi tidak harus melalui pertemuan langsung. Kemudahan ini sebagai upaya menjaga diri sendiri sekaligus orang lain.

 

“Guru saya itu hafal Al-Qur’an, HP-nya sembilan. fungsinya untuk menghubungi santri-santrinya yang di luar negeri, di dalam negeri, luar pulau, luar kota, dan kartunya berbeda-beda,” cerita Nyai Ucik.

 

Ia mengatakan, hal tersebut sebagai sarana para santri untuk mengaji. Mereka dapat memilih nomor mana yang akan dihubungi dan disesuaikan dengan kartu mereka sendiri. Sehingga tidak khawatir akan biaya.

 

Terlepas dari dampak-dampak tadi, penggunaan hape di era ini memang sesuatu yang tidak dapat dihindari. Karena itu, Nyai Ucik berpesan agar jangan sampai dikendalikan oleh HP dan selalu bijak serta berhati-hati dalam bermedia sosial.


Tapal Kuda Terbaru