Optimalisasi Manajemen Masjid, Prof Haris Tekankan Peran Perguruan Tinggi
Senin, 9 September 2024 | 19:00 WIB
Jember, NU Online Jatim
Perguruan Tinggi harus punya kontribusi pada masyarakat. Kalau perguruan tinggi tidak punya kontribusi pada pengembangan masyarakat khususnya masjid, maka sebaiknya dibubarkan saja. Berbagai penelitian harus diarahkan salah satunya untuk pengembangan kualitas masjid.
Demikian disampaikan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH., M.Fil.I, CLA, CWC dalam Sekolah Manajemen Masjid yang diselenggarakan oleh Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) Jember pada Ahad (08/09/2024) di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Sebaliknya, Prof Haris mengapresiasi organisasi filantropi seperti YDSF yang telah menginisiasi pergerakan masjid di daerah Jember khususnya dan Indonesia pada umumnya.
“YDSF sudah mulai inisiasi gerakan masjid. Biasanya kalau sudah bagus, nantinya diambil pemerintah seperti zakat, sertifikat halal, dan sebagainya," ujar Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember itu.
Sebagaimana kita tahu, masjid secara bahasa berarti tempat sujud. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masjid adalah rumah atau bangunan tempat umat Islam beribadah. Secara istilah syar’i, masjid adalah tempat yang diwakafkan untuk shalat dengan niat menjadikannya masjid.
Ini berbeda dengan musholla yang didefinisikan sebagai tempat shalat secara mutlak, baik berupa wakaf, milik pribadi, hibah, dan lain sebagainya. Dari definisi ini, jelas bahwa masjid sudah pasti wakaf, sedangkan mushala belum tentu wakaf.
Geliat masjid di Indonesia khususnya di Jember ini, menurut Prof. Haris, luar biasa. Setidaknya terdapat empat model atau tipe masjid dilihat dari perspektif kemakmuran masjid.
“Tipe A,B, C dan D. Tipe D itu yang terendah, baru buka menjadi masjid dan memulai ketakmiran. Sebaliknya, Tipe A adalah ideal. Masjid Tipe A sistem dan manajemen sudah berjalan. Memiliki Taman Pendidikan al-Qur’an, Sekolah Dasar, dan usaha bisnis yang mandiri," kata Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU masa bakti 2018-2024 itu,
Dalam sesi dasar-dasar manajemen masjid, Prof Haris menyebut teori lama manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating dan controlling.
“Umumnya pakai ini untuk sampai pada tujuan organisasi. Kita patut bertanya pada diri sendiri: apa kita sudah menggunakan ini? Apa ada perencanaan yang matang rencana kerja masjid tiap tahun?,” terangnya.
Kalau menurut standard Kemenag RI, ada tiga bidang manajemen masjid. Pertama, bidang idarah yang meliputi tata administrasi, perkantoran, dan sebagainya. Kedua, bidang imarah yang fokus pada kemakmuran masjid seperti jamaah sholat lima waktu, sholat Idul Fitri dan sholat Idul Adha. Demikian juga pengajian di masjid.
“Kemudian ketiga, bidang riayah dan pengembangan. Bidang ini terkait sarana prasarana dan maintenance-nya serta bagaimana mengembangkannya,” kata Pengasuh Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember itu.
Namun, kalau ingin seperti masjid Jogokarian di Yogyakarta, maka bisa dimulai dengan empat tahapan manajemen, yaitu pemetaan, pelayanan, pemberdayaan dan pertanggungjawaban.
“Pemetaan ini berbasis kebutuhan jamaah masjid masing-masing. Semua masjid punya kekhasan yang tidak dimiliki oleh masjid lain. Selain pemetaan masjid juga pemetaan jamaah masjid,” jelasnya.
Sementara, dalam pelayanan, lanjut Prof Haris, takmir selayaknya memperluas cakupan bukan hanya layanan ibadah, melainkan juga dengan layanan kesehatan, layanan sosial, dan sebagainya.
“Jadi tempatkan masjid bukan sebagai tempat ibadah saja, melainkan juga sosial dan kesehatan," lanjutnya.
Dalam pemberdayaan, takmir masjid juga dapat melakukan berbagai pelatihan atau training untuk memberdayakan jama’ah masjid. Narasumbernya juga orang-orang berkompeten dari masjid. Misalnya sekolah bisnis UMKM, pelatihan soft skill, dan sebagainya.
“Terakhir, pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban ini bisa dengan dilaporkan di masjid sebelum khutbah Jum’at, atau juga papan pengumuman masjid. Kalau untuk laporan juga bisa menggunakan Buletin,” terangnya.
Dalam penutupnya Prof Haris menyampaikan manajemen baru dari Peter Drucker. “Kalau masjid anda ingin hebat, pakai ini. Yaitu manajemen Peter Drucker: Marketing, speed, dan innovation. Ketiga ini akan membuat perkembangan masjid anda melaju keras,” pungkasnya.
Acara yang dimoderatori Ustadz H. Agus Salim ini berlangsung seru dimulai pagi jam 08.00 hingga 10.00. Pertanyaan dari peserta terkait dengan permasalahan masjid masing-masing menjadi fokus pembahasan yang menarik.
Reporter: Dwi Agus Prasetyo
Terpopuler
1
Niat dan Keutamaan Puasa Dzulhijjah, Tarwiyah dan Arafah
2
Prof Mas’ud Said Ungkap KH Tholchah Hasan Tokoh Inovatif dan Pemersatu Umat
3
Yayasan Al Ma’arif Singosari Gelar Haul ke-6 KH Tholchah Hasan
4
LPIK Unisma Siapkan Pelatihan Takmir Masjid Malang Raya Ilmu Falak dan Juleha
5
Raffi Ahmad: Pesantren Benteng Moral Bangsa dan Cetak Pemimpin Masa Depan
6
Tim Futsal SMP Nuris Jember Juara 1 Porseni Jember, Pemain Jadi Top Skor
Terkini
Lihat Semua