Kediri Raya

Fatayat NU Blitar Kukuhkan 718 Kader saat Puncak Harlah ke-74

Senin, 27 Mei 2024 | 16:00 WIB

Fatayat NU Blitar Kukuhkan 718 Kader saat Puncak Harlah ke-74

Wakil Ketua Bidang Dakwah dan Pengkaderan Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jatim, Siti Habibah. (Foto: NOJ/ ISt)

Blitar, NU Online Jatim

Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Blitar mengukuhkan 718 kader dalam acara puncak Hari Lahir (Harlah) ke-74 Fatayat NU. Kegiatan tersebut dipusatkan di Pondok Pesantren Jati Sanan, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Ahad (26/05/2024).

 

Wakil Ketua Bidang Dakwah dan Pengkaderan Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jatim, Siti Habibah mengatakan bahwa jumlah 718 bukanlah angka yang sedikit. Menurutnya, hal ini menunjukkan komitmen Fatayat NU dalam memperkuat barisan kader yang siap menjalankan dakwah dan kaderisasi di berbagai tingkatan kepengurusan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Ia menambahkan, banyak kabupaten/kota di Jawa Timur yang jumlah kadernya jauh lebih sedikit, bahkan hanya puluhan. Ketika sudah selesai mengikuti kaderisasi Latihan Kader Dasar (LKD), maka ia bukan lagi hanya sekadar anggota, tetapi sudah menjadi kader Fatayat NU.

 

“Seorang kader memiliki konsekuensi yang berbeda dibandingkan anggota biasa. Sebelum LKD, mereka adalah anggota biasa. Setelah LKD dan pengambilan baiat, mereka resmi menjadi kader Fatayat NU dengan komitmen berkhidmat," ungkapnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Dirinya menekankan pentingnya peran dan komitmen seorang kader Fatayat NU. Ketika kader menerima materi dan ditempa dalam LKD, diharapkan tuntas dengan diri sendiri. Kader harus konsisten mengibarkan tiga bendera kebanggaan yakni Indonesia, NU, dan Fatayat NU.

 

“Meskipun tidak menjadi pengurus, setiap kader harus tetap menjaga khidmat dan perjuangan sebagai bagian dari Fatayat NU,” jelasnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Habibah menuturkan, kualitas kader harus meningkat seiring dengan penambahan label dalam diri, baik sebagai ibu, istri, guru, anak, maupun santri. Seperti dawuh Mbah Hasyim Asy'ari, siapa yang menghidupkan NU meskipun tidak pernah mondok di pesantren, maka ia tetap diakui sebagai santrinya.

 

Untuk itu, Habibah pun mengajak seluruh kader untuk masuk dalam satu barisan bersama Mbah Hasyim Asy'ari, dengan harapan bisa membawa bendera Nahdlatul Ulama menuju surga.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Kita punya kesempatan yang lebar untuk masuk dalam satu barisan bersama Mbah Hasyim Asy'ari. Insyaallah besok akan membawa bendera nahdlatul ulama, kita bersama masuk ke surga,” harapnya.

 

Di sisi lain, ia juga mengingatkan tentang peran perempuan dalam Islam. Zaman dahulu perempuan tidak diharapkan kehadirannya, sampai datanglah Rasulullah yang membawa kitab suci Al-Qur’an. Sejak itu ditegaskan bahwa derajat perempuan tidak kalah dengan laki-laki, perempuan juga punya karomatul insani. Sebab, Allah tidak melihat status sosial maupun kelamin, tetapi ketakwaan.

 

"Selama bumi ini berputar, selama nyawa masih ada di badan, masih ada kesempatan untuk menggelorakan perjuangan dan khidmat di Fatayat NU tanpa mengesampingkan kodrat sebagai ibu, istri, anak, dan santri. Mari kita menjadi Khadijah baru, Aisyah baru, yang peduli terhadap sesama," ajaknya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Pihaknya pun menekankan pentingnya berpegang teguh pada ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Ia berharap semangat ini bisa menjadi motivasi untuk terus berjuang, memberikan energi positif, dan memastikan bahwa dengan adanya Fatayat NU, masyarakat akan merasa aman dan terayomi.

 

“Memang tak mudah jika sendiri, namun jika bersama-sama dan bersatu dalam barisan Fatayat NU, semua akan menjadi lebih mudah, bahagia, dan insyaallah diridhoi Allah, serta Fatayat NU akan semakin mempesona," pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND