Madura

Nahdliyin di Sumenep Ngaji Makna Syukur

Kamis, 2 Desember 2021 | 07:00 WIB

Nahdliyin di Sumenep Ngaji Makna Syukur

KH M Ramdlan Siradj (pegang mik), Mustasyar PCNU Sumenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH M Ramdlan Siradj mengajak kepada Nahdliyin agar terus bersyukur dan memantapkan hati di dalam i'tiraf atas nikmat yang Allah SWT berikan. Sebab, ‘syukur’ hari ini seringkali hanya menjadi kata basa-basi belaka.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Di setiap pertemuan, pasti diawali dengan pernyataan syukur. Namun jarang dikuatkan dengan suara hati,” katanya saat sambutan di acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Muassis yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Azhar Panggung Pakamban Daya, Pragaan, Sumenep, Rabu (01/12/2021).

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Disebutkan, syukur itu harus didasarkan pada pengakuan yang sebenarnya di dalam batin atau hati. Menurutnya, sekecil apapun kenikmatan itu harus disyukuri, jangan sekali-kali diabaikan atau ditinggalkan.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Bagi kami, nikmat Allah itu besar semua, tak ada yang kecil,” imbuh Kiai Ramdhan.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Dijelaskan pula, sesuatu yang diakui akan berpotensi secara berkelanjutan dan berkembang secara perlahan. “Kita tidak akan pernah mengembangkan sesuatu yang ada dalam diri kita, jika tidak mengakui keberadaannya. Jadi keberadaan itulah yang harus kita akui dan jaga,” imbuhnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Karangcempaka Bluto itu menegaskan, nikmat yang paling besar adalah warga NU dijadikan makhluk yang mukmin dan Muslim.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Secara historis, bangsa Indonesia mengenal Islam dari ulama yang membawa Nur agama. Dan yang dibawa adalah Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Yang mana sampai detik ini dijadikan pegangan, keyakinan, akidah, dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

 

“Jangan merasa kecil menjadi Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama (PAR NU). Keterlibatan dan keberpihakan inilah yang mestinya disyukuri. Ini adalah amanah yang harus dijaga. Sebab, sesuatu tak akan berkembang karena tidak dijaga,” ungkapnya pada seluruh pengurus PAR NU se-Pragaan yang baru saja dilantik.

 

Mantan Bupati Sumenep itu mengutarakan, Aswaja itu universal, tak hanya di Indonesia. Untuk di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dikenal Aswaja An-Nahdliyah. Menurutnya, NU adalah pengikat, wadah guna memperjelas diri bermakmum pada ulama dalam hal keagamaan, ilmu, dan akhlak. Bukan untuk kepentingan lain.

 

“Jangan sampai putus dengan orang tua, ulama dan guru yang telah memberi pengetahuan keagamaan. Sebab kiai sanadnya nyambung sampai Nabi, kendati kehidupannya sederhana,” pintanya.

 

 

Menurut Kiai Ramdhan, ciri khas akhlak warga NU adalah ta'dzim pada guru, walaupun gurunya bagian dari kerabatnya. Juga wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.

 

“Dan, inilah pembeda antara Aswaja dengan kelompok lainnya,” tandasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND