• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Madura

Kiai Ma’ruf Khozin Dorong Aswaja Center Sumenep Kawal Isu Kekinian

Kiai Ma’ruf Khozin Dorong Aswaja Center Sumenep Kawal Isu Kekinian
KH Ma'ruf Khozin. (Foto: NOJ/Firdausi))
KH Ma'ruf Khozin. (Foto: NOJ/Firdausi))

Sumenep, NU Online Jatim
Ketua Aswaja NU Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH M Ma’ruf Khozin mengatakan, di awal tahun 2000-an, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep selalu mendelegasikan kadernya guna mengikuti sidang Bahtsul Masail tingkat wilayah.

“Hal ini menandakan, Sumber Daya Manusia (SDM) di sini sudah lebih memahami ilmu yang berkaitan dengan fikih, dan sejenisnya. Bahkan di dalam struktur kepengurusan diisi oleh kiai, akademisi, dan santri,” tuturnya saat menghadiri Halaqah Aswaja An-Nahdliyah dan pengukuhan pengurus Aswaja NU Center PCNU Sumenep, Selasa (30/11/2021) di aula setempat.

Secara keseluruhan, Aswaja Center di berbagai daerah sama. Kesamaan tersebut menurut Kiai Ma’ruf adalah peneguhan Aswaja. Semisal, warga NU mengamalkan tahlil, tetapi belum tahu dalilnya, sedangkan orang lain mempertanyakan dalilnya.

“Rata-rata, fenomena ini dialami oleh seluruh Nahdliyin dan Nahdliyat di berbagai daerah. Semestinya, orang yang mempertanyakan dalil amaliyah NU, harus diberikan jawaban lewat wadah ini,” ujarnya.

Yang berbeda, tambahnya, muncul kelompok yang ingin mengubah ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Biasanya terjadi di kota-kota besar dan jarang dijumpai di pelosok pedesaan.

“Berhubung Kabupaten Sumenep memiliki trah kerajaan dan memiliki pesantren besar yang tidak diragukan kembali ke-NKRI-an serta kebangsaannya, maka Aswaja Center harus memperkuat, membentengi, dan membela akidah, fiqih, dan tasawuf Aswaja An-Nahdliyah. Jangan seperti Ngawi yang mana warga berhadapan dengan wahabi lokal,” pintanya.

Alumni Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri itu mengajak kepada pengurus untuk merekrut santri-santri jebolan SMK jurusan Multimedia guna mengawal tantangan digital.

“Rekrutan anggota yang ahli di bidang desain grafis, videografi, dan sejenisnya, harus mensosialisasikan Islam Aswaja di media sosial. Karena warga kita saat ini kecenderungan membaca meme, poster, pesan singkat lewat potongan video dan lainnya. Lewat konten-konten yang moderat, maka bisa menimbun konten-konten negatif, terlebih konten propaganda,” harapnya.

Menurut kacamatanya, kasus persekusi, pencemaran nama jam'iyah, dan sejenisnya, harus direkonsiliasi agar kembali damai, duduk bersama, dan diajak dalam pertemuan kultural, contohnya istighotsah, tahlilan, halal bihalal, selamatan, dan lainnya.

“Kiai kita dulu pernah mengalami hal yang sama. Namun ketika duduk bareng dalam kegiatan kultural, ketegangan akan cair. Jadi, pendekatan kultural adalah cara mencairkan ketegangan dan menurunkan tensi,” terangnya.

Kiai yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur tersebut menegaskan, harusnya setiap PCNU ada Aswaja Center. Secara historis, NU berdiri karena membela Aswaja. 

“Tak masalah, jika ada orang mengatakan lembaga NU sudah gemuk dan Badan Otonomnya banyak. Karena jumlah jamaah akan terus bertambah dan tak pernah kurang. Buktinya muassis tetap ditahlili. Itu menandakan bahwa beliau diakui sebagai warga NU. Hal terpenting adalah bergerak efisien dan tepat sasaran,” ungkapnya saat dikonfirmasi oleh reporter NU Online Jatim.

Dirinya yakin dan percaya pada kiai dan para ahli, pengurus Aswaja Center di Sumenep akan dibimbing dan menjalankan programnya sesuai yang dicanangkan.

“Dengan adanya wadah ini, penguatan Aswaja terus kuat dan programnya bisa berjalan. Karena di periode ini, banyak lembaga yang menjalankan programnya sesuai hasil Konferensi dan Raker,” pungkasnya.


Madura Terbaru