Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Metropolis

Peneliti Terbaik Dunia Terinspirasi Konsep Gus Dur

Ratih Pangestuti, salah satu peneliti terbaik dunia asal Indonesia. Foto: detik.com

Surabaya, NU Online Jatim

Konsep reorientasi pembangunan yang digagas KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan penggambaran sejarah bangsa yang pernah berjaya di masa lalu sebagai bangsa pelaut menjadi inspirasi Ratih Pangestuti.


Ratih adalah peneliti asal Indonesia yang berhasil masuk dalam penghargaan Top 2% World Ranking Scientist, yang dikeluarkan oleh Stanford University.


Menurutnya, sumber daya laut memiliki potensi yang sangat besar baik di bidang pangan, farmasi, maupun kosmetika. Namun, pemanfaatan sumber daya laut tersebut harus dilakukan dengan cara yang lestari dan berkelanjutan.


Soal konsep Gus Dur yang menginspirasinya, Ratih mencontohkan kejayaan Nusantara di masa lalu yang berakar di laut, pada era kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.


"Kala itu Gus Dur langsung memberikan terobosan besar yaitu dengan membentuk Departemen Eksplorasi Laut yang kini menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 26 Oktober 1999," katanya dikutip dari detik.com, Jumat (18/11/2022).


Konsep Gus Dur telah meyakinkan Ratih untuk menjadi ilmuwan. "Sejak saat itu saya memutuskan dan bercita-cita untuk menjadi ilmuwan di bidang kelautan," ungkapnya.


Ratih menjelaskan bahwa organisme laut sangatlah menarik. Karena banyak material fungsional yang hanya dapat ditemukan pada organisme laut dan tidak pada organisme darat.


Ia mencontohkan adanya pigmen fotosintesis berwarna coklat yang dikenal dengan fukosantin; polisakarida sulfat seperti fucoidan, ulvan; dan masih banyak lagi. "Namun sayang, banyak flora ataupun fauna laut belum dibudidayakan," tuturnya.


Sebagai periset terbaik dunia, tentu tanggung jawab besar di pundak Ratih. Ia mengaku dalam menjalankan profesinya, berpedoman pada tiga prinsip, yakni:


1. Science for Science
Prinsip ini adalah bagaimana periset berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan melalui hasil-hasil penemuan, termasuk melalui publikasi.


2. Science for Scientific Community and Society
Prinsip periset turut berkontribusi dalam mencerdaskan bangsa lewat kebermanfaatan dari hasil-hasil riset.


3. Serta Science for Stakeholder
Periset berkontribusi bagi kebijakan negara atau masyarakat melalui pemberian nilai tambah, arah kebijakan, melalui hasil-hasil riset.


"Menjalankan fungsi sebagai seorang peneliti bukan hal yang mudah, namun hal tersebut dapat dimulai dengan melakukan riset dari bidang yang kita cintai dan mencintai riset yang kita kerjakan (love what you do and do what your love)," tutup peneliti BRIN tersebut.


Guna mempertahankan reputasi dan prestasinya di kancah global tentu bukan hal mudah. Menurut Ratih, selain terus produktif melakukan penelitian, juga harus menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. "Kita harus mencintai pekerjaan kita dan apa yang kita kerjakan," ujarnya.


Ratih Pangestuti sendiri adalah seorang periset pangan di peneliti di Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN.


Ia meraih gelar doktoral di bidang Marine Biochemistry dari Pukyong National University Korea Selatan pada 2012 silam.


Konsistensi Ratih menekuni bidang Marine Biotechnology & Food Biotechnology membawanya bertahan sebagai salah satu periset elit di dunia.


Meski kerap berpindah-pindah tempat tugas, tetapi ia selalu konsisten mendalami riset seputar pemanfaatan organisme laut khususnya untuk pangan, farmasi, dan sektor yang lain.


Ia terus melakukan inovasi pada pangan dari laut baik berupa flora maupun fauna, nutrisi, dan aktivitas biologis lainnya.


Laut telah menjadi ladang eksplorasi risetnya. Ratih menyadari bahwa kekayaan sumber daya laut Indonesia sangat tinggi dan luas.


"Lebih dari 70% wilayah Indonesia merupakan lautan, namun sayang sumber daya laut tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan," tandasnya.

A Habiburrahman
Editor: Romza

Artikel Terkait