Jember, NU Online Jatim
Gunung Gumitir di Kabupaten Jember tak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang indah nan hijau. Tapi juga menyimpan banyak sejarah. Di antaranya Terowongan Mrawan, terowongan kereta api peninggalan Hindia Belanda yang terletak di Desa Garahan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.
Mengutip dari berbagai sumber, Terowongan Mrawan mulai dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), sejak tahun 1901-1902 dan rampung pada tahun 2010. Pemerintah kolonial merekrut warga pribumi dalam mengerjakan terowongan yang membelah Gunung Gumitir itu.
Pengerjaan lumayan lama karena di dalam lintasan terowongan terdapat pancuran. Butuh cukup lama memindahkan pancuran tersebut dari dalam ke luar terowongan. Kereta api baru bisa melewati Terowongan Mrawan sejak tahun 2010.
Terowongan Mrawan berada di perbatasan Jember-Banyuwangi dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Lintasa terowongan ini menembus bagian dalam perut Gunung Gumitir sepanjang 690 meter. Disebut-sebut bahwa Terowongan Mrawan adalah terowongan kereta api terpanjang di Tanah Air.
Konon, ihwal nama Mrawan pada terowongan itu merujuk pada cerita rakyat tentang adanya Noni Belanda yang pingsan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya di sekitar terowongan. Ketika tersadar, si noni bertanya kepada orang-orang yang menemukannya apakah dia masih perawan atau sudah dinodai. Sejak itulah masyarakat menamai terowongan tersebut dengan Terowongan Mrawan, diadaptasi dari kata perawan.
NU Online Jatim berkesempatan melihat-lihat kondisi Terowongan Mrawan pada Ahad (20/09/2021). Mulut terowongan ditandai oleh sebuah bangunan semacam gapura dengan arsitektur khas gaya Eropa. Cat putih dipadu garis-garis oranye menghiasi bangunan tersebut. di situ juga tertulis besar angka 1901, 1902 dan 1910, merujuk pada tahun dimulainya pembangunan dan beroperasinya terowongan tersebut.
Bagi penumpang kereta api, melintasi Gunung Gumitir bisa jadi adalah sebuah bonus. Pemandangan alam yang indah khas pegunungan tersuguhkan sepanjang perjalanan. Belum lagi sensasi yang dirasakan begitu si ular besi masuk dan menelusuri lubang Terowongan Mrawan.
"Di sini tempatnya sangat sejuk, adem, menyenangkan serta bangunannya mengingatkan kita kepada sejarah kelam penjajahan dan kerasnya kehidupan masyarakat pribumi dahulu ketika pembangunan terowongan ini," ungkap Roky Rahmatullah, salah satu pengunjung Terowongan Mrawan kepada NU Online Jatim.