• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Hakikat Nafsu Menurut Imam Al-Bushiri 

Hakikat Nafsu Menurut Imam Al-Bushiri 
Nafsu harus dikendalikan agar tidak mengarah pada keburukan (Foto:NOJ/ppdarulmaarif)
Nafsu harus dikendalikan agar tidak mengarah pada keburukan (Foto:NOJ/ppdarulmaarif)

Oleh: Mufidatul Asniya 


Kerap kali kita menyadari bahwa waktu kita ternyata habis hanya untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat dan cenderung tidak produktif seperti rebahan sambil scroll TikTok, 
Instagram maupun youtube hanya sekedar untuk update berita artis atau bahkan kita gemar sekali membicarakan orang lain (ghibah) di tongkrongan. Namun meskipun kita sudah menyadari hal itu, rasanya sulit sekali untuk meninggalkannya.


Pada akhirnya kita hanya bisa menyesali waktu kita yang terlewat dengan maksiat dan tanpa melakukan hal-hal bermanfaat. Mengapa rasanya sulit sekali menjauhi hal-hal itu? Karena pada hakikatnya itu adalah nafsu.


Imam Al-Bushiri dalam qasidahnya yang sangat terkenal yaitu "Burdah" secara khusus menarik kita untuk merenungi betapa luar biasanya hawa nafsu mampu mengobrak-abrik dan menghancurkan kehidupan kita jika kita tidak mampu mengendalikannya. 


Dalam bait ke-19 beliau menyebutkan: 

 

وَالنّفْسُ كَالطّفِلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞     حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ


ِArtinya: Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu.
Namun bila kau sapih, maka bayi akan berhenti sendiri


Syaikh Ibrahim Al-Bajuri dalam kitabnya Syarahu Burdatil Bushiri menjelaskan lebih gamblang lagi mengapa Imam Al-Bushiri mengibaratkan nafsu seperti anak kecil: 


Imam bushiri menggambarkan bahwa nafsu seperti anak kecil. Keduanya memiliki karakter yang sama yaitu tidak pernah bosan dan selalu ingin melakukan hal-hal yang menyenangkan. Anak kecil, jika engkau membiarkan ia untuk terbiasa menyusu, maka ia akan selalu ingin menyusu sampai ia dewasa. Tapi jika engkau melarangnya (Jawa: disapih) maka ia tidak akan memiliki keinginan untuk menyusu lagi. Seperti halnya nafsu. Jika engkau membiarkan dia melakukan hal-hal yang dia senangi yaitu maksiat, maka dia akan terus menerus bermaksiat, namun jika engkau melarangnya (menghentikannya) maka dia akan berhenti melakukan kemaksiatan. (Lihat Syekh Ibrahim Al-Bajuri, Syarhu Burdatil Bushiri [Mesir, Kasheeda: 2022], halaman 61).


Bayangkan saja apa yang terjadi jika seorang anak tidak pernah disapih oleh orangtuanya, maka sampai umur berapapun dia akan tetap ingin menyusu ibunya. Bukankah itu hal yang tidak wajar sekaligus memalukan?


Sama halnya dengan kita yang tidak bisa menghentikan hawa nafsu untuk bermaksiat atau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Bisa jadi sampai tua pun kita masih gemar bermaksiat. Bukankah itu hal yang memalukan? Na’udzu Billahi Min Dzaalik. 


Maka ketika nafsu kita mulai ingin melakukan maksiat atau bermalas-malasan dengan scroll sosial media, Instagram, TikTok maupun shopee, maka hendaknya kita mengingat pesan Imam Bushiri untuk segera menghentikannya. Seperti halnya anak kecil yang baru disapih, awalnya memang berat, tapi itulah satu-satunya cara agar kita tidak terus menerus terlena dan tertipu dengan nikmat dunia. 


Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita semua untuk dapat mengendalikan hawa nafsu dan memberikan rahmat-Nya agar kita senantiasa dekat dengan-Nya. Wallahu a'lam bis showab. 
 


Keislaman Terbaru