Jika menggunakan akal sehat, maka tak akan ada manusia yang berdoa meminta dirinya miskin. Kecuali Nabi Muhammad SAW. Adapun doanya terdapat dalam Sunan al-Tirmidzi:
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: Ya Allah! Hidupkan aku sebagai orang miskin, matikan dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin di akhirat kelak.
Bahkan dalam hadits riwayat Ahmad disebutkan:
حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ جَابِرٍ أَبُو زُرْعَةَ الْحَضْرَمِيُّ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الْأَغْنِيَاءِ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا
Artinya: Abu Zur'ah al-Hadlrami berkata: Saya telah mendengar Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah Shallallahu 'Aaihi Wasallam bersabda: Orang-orang fakir muslim masuk surga sebelum orang-orang kaya dengan jarak empat puluh kali musim gugur. (HR. Ahmad)
Hadits-hadits tentang keutamaan fakir miskin ini merupakan kabar gembira akan masuk surga terlebih dahulu daripada orang kaya. Namun perlu dipahami bersama bahwa tidak semua fakir miskin itu bisa masuk surga terlebih dahulu, karena kriteria fakir miskin yang bisa masuk surga terlebih dahulu itu adalah fakir miskin muslim yang sabar, ikhlas, tidak mudah berkeluh kesah menghadapi keadaan. Mereka menjalani dengan tenang dan qanaah atas karunia Allah.
Dengan demikian, tolok ukur kemiskinan tidak bisa dikaitkan dengan materi, sebab terkadang ada orang kaya tapi miskin hati dan minim kebaikan terhadap sesama. Sehingga mereka tak akan merasakan kekayaan hati yang luar biasa. Untuk meraihnya, orang kaya itu harus memiliki kepedulian dan siap berbagi kepada masyarakat yang tidak mampu. Lewat pertolongan dan rezeki, orang kaya itu akan mendapatkan doa dari orang-orang lemah dan kelak termasuk golongan yang dirindukan surga.
