• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Kajian Hadits: Ciri-ciri Orang Munafik

Kajian Hadits: Ciri-ciri Orang Munafik
Ilustrasi berwajah dua atau munafik (Foto:NOJ/nuonline)
Ilustrasi berwajah dua atau munafik (Foto:NOJ/nuonline)

Oleh; Nihalun Nada*


Sebagaimana yang telah masyhur di kalangan masyarakat tentang kata-kata munafik yang sering dilontarkan kepada orang lain. Pada kata munafik masyarakat menyebutnya kepada seseorang yang dianggap buruk seperti bermuka dua.
 

Bermuka dua yang dimaksud adalah ketika seseorang yang dianggap memiliki sifat baik di depan orang lain. Akan tetapi sebenarnya memiliki sifat yang buruk ketika di belakang orang lain. Perlunya kajian mengapa kata-kata munafik sering dilontarkan dan perlunya kajian kebenaran bahwa orang yang bermuka dua adalah orang munafik.


Munafik adalah salah satu sifat tercela yang tidak boleh dimiliki oleh manusia. Sifat munafik adalah salah satu akhlaq tercela yang apabila dimiliki maka akan menjadi penyakit hati yang terus merajalela. Masyarakat di Indonesia sering kali melontarkan kata-kata munafik.


Munafik yang tersebar di masyarakat adalah sebagai olok-olokan bagi mereka yang memiliki sifat buruk. Ada banyak sekali pengertian orang munafik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah orang yang bermuka dua, orang yang suka melakukan tipu daya, orang yang suka berbohong dan orang yang berkhianat. 


Dari situasi di atas, masyarakat Indonesia sering kali mengatakan munafik terhadap orang lain. Dan dari sini pula, banyak orang yang mengkaji tentang ciri-ciri orang munafik yang sebenarnya. Sehingga kebanyakan santri sering mengucapkan hadits tentang ciri-ciri orang munafik sebagai dalil untuk menguatkan ciri-ciri orang munafik menurut agama Islam. Hadits-hadits yang bertebaran di masyarakat tentang orang munafik bermacam-macam. Akan tetapi, yang paling masyhur adalah “ciri-ciri orang munafiq ada tiga, apabila berbicara berdusta, apabila berjanji ingkar dan apabila diberi amanah berkhianat”.


Pada hadits yang masyhur di atas. Tentu sebagai umat Islam perlu mengkaji keshahihan hadits di atas serta mengetahui riwayat haditsnya. Karena jika masyarakat Indonesia mengacu pengertian orang munafik terhadap hadits tersebut justru sanagat berbeda sekali. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu mengetahui devinisi orang munafik menurut agama Islam dan menurut pendapat yang shahih.


Perlunya penulis mengkaji secara tuntas tentang ciri-ciri orang munafik menurut agama Alquran dan Hadits. Dan melalui hadits yang sudah tersebar di atas perlu diketahui tentang riwayat atau takhrij dari hadist tersebut. Ditinjau dari segi persambungan dan kuantitas sanad, validitas hadits, serta kedudukan hadits apakah hadits tersebut shahih, dhaif atau bahkan maudhu’. Sehingga dari hadits ini dapat diketahui apakah perlu disesuaikan dengan devinisi munafik yang telah masyhur di kalangan masyarakat di Indonesia atau tidak.


Pengertian Munafik


Kata munafik berasal dari bahasa Arab munâfiq yang artinya buat-buat atau pura-pura, juga merupakan kata masdar nya nifâq berarti kepura-puraan yaitu keluar dari keimanan dengan cara diam-diam. Di dalam  kamus  al-Mu‟jam  al-Wajiz  mengatakan munafik  berasal dari bahasa Arab yaitu kata nâfaqa yang mempunyai arti mendzahirkan yang berlainan dari batin.


Terdapat banyak sekali sifat tercela yang harus kita hindari. Salah satunya adalah sifat munafik. Munafik adalah berpura-pura memeluk agama Islam, sedangkan dalam hatinya tidak beriman kepada Allah. Munafik mempunyai banyak arti, salah satunya adalah berbohong. Berbohong, bermuka dua, riya, berkhianat, ingkar janji, fujur dalam pertikaian, dan malas beribadah. Munafik merupakan suatu sifat yang sangat buruk. Sehingga apabila seseorang memeliki sifat buruk, maka ia adalah orang munafik.


Munafik dalam Alquran ataupun hadits memang banyak sekali. Seperti pada al-Qur'an surah Annisa yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan shalat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” Terletak pada ayat 142.


Kata munafik dalam al-Qur'an biasanya disebutkan dengan menggunakan kata Nâfaqû terulang sebanyak 2 kali, an-Nifâq terulang sebanyak 1 kali, nifâqon sebanyak 2 kali, munâfiqotu sebanyak 5 kali, munafiqûn sebanyak 8 kali, munafiqûn sebanyak 19 kali, dan nafaqon sebanyak 1 kali.


Hadits Masyhur dan Anggapan Masyarakat tentang Munafik


Sebagaimana yang telah diketahui bersama, bahwa Munafik mempunyai arti yang sangat banyak. Begitu pula di kalangan masyarakat. Segala sesuatu yang dianggap buruk oleh masyarakat, maka hal itu akan selalu merujuk kepada munafik. Bahkan kata munafik sering sekali dijadikan kata olok-olakan untuk menjelekkan nama seseorang.


Akan tetapi, dilansir dari realitas sudah berkembang di masyarakat. Munafik dalam pengertian masyarakat mempunyai arti bermuka dua. Yang dalam hal ini justru terjelaskan dalam hadits “Seburuk-buruk manusia adalah dzul wajhain (orang yang betrmuka dua), yaitu orang yang ketika di tengah sekelompok orang, ia menampakkan suatu wajah, namun ditengah sekelompok orang lain, ia menampakkan wajah yang lain.” (HR Bukhari)


Namun sebenarnya, kata munafik justru sudah dirasakan dalam hadits yang tak kalah masyhurnya terdengar di telinga kita yaitu:


عن ابي هريرة ، أن رسول الله صل الله عليه وسلم قال: آية المنافق ثلاث : إذا حدث كذب ، وإذا وعد أخلف، وإذؤتمن خان. أخرجه البخاري


Artinya: Dari Abi Hurairah RA Rasulullah Shallahu’alaihi Wasallam berkata Tanda-tanda orang Munafiq ada tiga: Apabila berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanat berkhianat. Di riwayatkan oleh Imam Bukhari.


Dalam hadits di atas sudah jelas sekali, bahwa ciri-ciri orang munafik hanyalah ada 3 macam. Pengertian masayarakat tentang orang munafik rupanya tidak sejalan dengan hadits masyhur di atas. Walaupun kata munafiq memiliki banyak arti, akan tetapi tidak seharusnya untuk mengatakan dan menuduh orang lain bersifat munafik.


Periwayatan dan Keshahihan Hadits.


Hadits tentang ciri-ciri orang munafiq yang telah lalu termasuk hadits shahih oleh Imam Bukhari. Periwayatan yang disampaikan oleh Imam Bukhari telah jelas sanadnya dan bersambung kepada Rasulullah. Dalam sanadnya, tidak ada keraguan sama sekali dan sanad dari awal hingga akhir tidak terputus. Imam Bukhari mempunyai nama asal Muhammad yang di lahirkan di Bukhara. Beliau merupakan putra dari Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughairah bin Bardizbah Al-Ju’fi.Imam Bukhari merupakan perawi hadits, karangan paling terkenalnya adalah Shahih bukhari yang berisi sekitar 7008 hadits. 


Perawi dalam hadits ini adalah Abu Hurairah. Nama lengkapnya adalah ‘Abd Rahman bin Shakr. Beliau wafat di Madinah pada tahun 51 Hijriyah. Secara garis besar untuk memenuhi keriteria sebagi perawi adalah harus bersifat adil dan dhbait. Sedangkan syarat lainnya adalah harus Islam, baligh, berakal, dan memiliki hafalan yang kuat. Abu Hurairah merupakan nama julukan, Beliau dilahirkan di Ad Daus Yaman.Beliau adalah seseorang yang miskin akan tetapi beliau memiliki kesabaran yang luar biasa.beliau merupakan periwayat hadits yang tercatat lebih dari 5000 hadits. Sedangkan Ibunya adalah seorang muallaf.


Kesimpulannya, munafiq mempunyai banyak arti, akan tetapi, munafiq yang sesuai dengan hadits yang shahih adalah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sebagaimana hadits yang mempunyai arti “Tanda-tanda orang Munafiq ada tiga: Apabila berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanat berkhianat.” Pada sanad, matan dan rawinya tidak ada unsur keraguan sama sekali. Sanadnya bersambung hingga Rasulullah, Matannya meruapan matan qauli yang langsung dari Nabi, sedangkan Perawinya merupakan orang yang dhabit daan adil.


Oleh karena itu, masyarakat bisa menjadikan hadits tersebut sebagai pedoman bagi kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak ada lagi yang akan meperolok-oloknnya  orang lain dengan kata-kata yang buruk. Wallahu A'lam.


Rujukan:

Muhammad, Asep, Konsep Munafik dalam Alquran (Analisis Smantik Toshihiko Izotsu), (Tidak diterbitkan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah)
Idri, dkk. Study Hadits (Surabaya, UIN Sunan Ampel Press)
Abul Husain, Shahih Muslim (Saudi Arabia, Bait Al Afkar Addauliyah)
Shihab, M.Quraish, dkk,  Ensiklopedia  Al-Qur‟an:  Kajian  Kosa  Kata  dan  Tafsirnya(Jakarta: Internusa 1997)
Idris, Muhammad. Qâmus Idrîs al-Marbawi (Kuala Lumpur: Dar al-Fikr 2006)
Warson, Ahmad. al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Pondok Pasentren al-Munawwir 1984),


*Mahasiswa jurusan Perbandingan Madzhab Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, menjadi Anggota Asisten Peneliti di Pusat Studi Konstitusi dan Legislagi (Puskolegis) Fakultas Syariah dan Hukum. Sekarang aktif di Forum Kepenulisan dan Penelitia Hukum (FKPH) Uinsa. Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep. 


Keislaman Terbaru