• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Lafal Shalawat Kamaliyah, Berikut Keutamaannya

Lafal Shalawat Kamaliyah, Berikut Keutamaannya
Shalawat Kamaliyah. (Foto: NOJ/nawacita.co)
Shalawat Kamaliyah. (Foto: NOJ/nawacita.co)

Shalawat merupakan kebiasaan yang dilafakan oleh seseorang, salah satunya adalah shalawat Kamaliyah. Shalawat Kamaliyah pahalanya dilipatgandakan ratusan ribu kali dan memiliki khasiat menolak lupa. Berikut lafalnya:


اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَالِهِ


Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada Baginda Nabi Muḫammad SAW, dan juga kepada keluarganya, sebagaimana kesempurnaan-Mu yang tanpa batas, dan sebanyak bilangan kesempurnaannya SAW.


Keutamaan Shalawat Kamaliyah

Pertama, memperoleh pahala ratusan ribu kali lipat. Meskipun lafal Shalawat Kamaliyah terbilang cukup ringkas, tetapi sekali baca saja pahalanya cukup besar. Ada yang mengatakan satu kali Shalawat Kamaliyah setara dengan 70.000 kali bershalawat. Ada yang bilang setara 100.000 kali shalawat. Bahkan ada yang mengatakan 500.000 kali lipat. Syekh Abdul Qadir al-Jilani (wafat 561 H) menjelaskan dalam kitabnya, as-Safînatul Qâdiriyyah, sebagai berikut:


ونقل عن بعض العارفين: أن من صلى بهذه الصلاة مرة واحدة عدلت له خمسمائة ألف صلاة وكانت له فداء من النار، وهي: اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله كما لا نهاية لكمالك وعدد كماله


Artinya: Dikutip dari sebagian ulama ahli ma’rifat, siapa yang membaca shalawat berikut sebanyak satu kali, maka pahalanya setara dengan membaca shalawat sebanyak 500.000 kali dan menjadi tebusan baginya dari api neraka. Redaksi shalawat itu adalah ‘Allâhumma shalli wasallim wabârik’alâ sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi’. (Muhyiddin Abdul Qadir bin Shalih al-Jilani, as-Safînatul Qâdiriyyah, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2016], halaman 118).


Sementara Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani (wafat 1350 H) dalam kitabnya, Afdhalusshalât ‘Alâ Sayyidis Sâdât menjelaskan, dalam kitab al-Asrâr ar-Rabbâniyyah Syarhush Shâwî ‘alâ  Shalawâti Ahmad ad-Dardir dijelaskan, shalawat dengan redaksi tersebut dinamakan sebagai shalawat Kamaliyah dan merupakan salah satu redaksi shalawat yang paling mulia. Sebagian ulama mengatakan pahalanya setara dengan membaca 70.000 kali shalawat, ada yang mengatakan 100.000 kali. (Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Afdhalusshalât ‘Alâ Sayyidis Sâdât, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2016], halaman 104).


Kedua, menolak lupa. Sebagai manusia, tentu sifat lupa adalah hal wajar. Tetapi, tentu ketajaman ingatan adalah keunggulan tersendiri yang banyak diidamkan orang. Salah satu khasiat shalawat Kamaliyah adalah mampu menolak lupa.


Dalam kitab Sa’âdatuddârain Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani menjelaskan, shalawat Kamaliyah yang dinisbatkan kepada Nabi Khidir as ini memiliki khasiat mampu menolak lupa. Dalam salah satu riwayat dikisahkan sosok Syekh Ali Syibromalisi yang (wafat 1087 H) mengalami kebutaan. Di suatu hari Jumat sebelum melaksanakan shalat, Syekh Ali bertamu ke rumah Syihab al-Khaffaji. Syekh Ali pun dipersilahkan duduk di sebuah kursi, sementara Syihab duduk di hadapannya dan bertanya kepada Syekh Ali perihal persoalan-persoalan pelik. Hebatnya, Syekh Ali mampu menjawab setiap persoalan yang diajukan beserta menyebutkan sumber kitab (buku) pengambilannya, lengkap pula dengan sanad-sanadnya.


Pada Jumat berikutnya, Syekh Ali melakukan hal yang sama. Ia juga ditanyai hal-hal sulit dan menjawabnya dengan menyebutkan rujukan kitab beserta sanad-sanadnya, sebagaimana Jum’at lalu. Kemudian, beliau pun ditanya, mengapa bisa sehebat itu. Padahal ia buta, tetapi seperti orang yang mampu melihat dengan baik.


Syekh Ali pun menjawab dengan mengungkapkan kisahnya. Dulu, ia mempunyai seorang kawan setia yang selalu bersama dalam menuntut ilmu. Akan tetapi kedunya terpaksa berpisah karena ia memutuskan untuk belajar ilmu ramal yakni ilmu yang digunakan untuk mengetahui kejadian yang akan datang dengan menggaris di atas pasir, termasuk juga ilmu perbintangan. Dengan kondisi matanya yang buta, hal ini terlalu sulit bagi Syekh Ali.  


Ia pun mendatangi gurunya, menceritakan apa yang sedang terhadi pada dirinya, dan meminta sang guru untuk mengajari ilmu ramal itu. Namun, sang guru menolak, menyadari bahwa Syekh Ali tidak mungkin mampu memahami ilmu tersebut, karena untuk memahaminya harus dengan penglihatan. Sementara ia tidak bisa melihat. Syekh Ali pun merasa sangat kecewa. Saking sedihnya, ia mogok makan selama dua hari. 


Suatu saat datanglah seorang laki-laki, dan berkata, “Tidak apa-apa, wahai Ali.” Lalu laki-laki itu menasihatinya, mengatakan bahwa ilmu ramal tidak baik untuk di dunia maupun akhirat. Jangan sampai bergantung pada ilmu tersebut. Ia lalu menawarkan sebuah amalan sebagai gantinya, dengan syarat Syekh Ali tidak lagi berniat untuk mendalami ilmu ramal.


“Beri aku faedah (amalan) tersebut, aku berjanji padamu (tidak akan lagi berniat mendalami ilmu ramal),” mantap Syekh Ali.
 

Artikel diambil dari: Shalawat Kamaliyah: Lafal dan Keutamaannya


Laki-laki itu pun memberikan Syekh Ali shalawat yang memiliki khasiat untuk menolak lupa. Dengan cara dibaca antara waktu Maghrib dan Isya tanpa dibatasi bilangan tertentu. Redaksi shalawat itu adalah sebagai berikut:


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَاٰلِهِ


Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Baginda Nabi Muḫammad SAW, dan juga kepada keluarganya, sebagaimana kesempurnaan-Mu yang tanpa batas, dan sebanyak bilangan kesempurnaannya SAW. (Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Sa’âdatuddârain fish Shalâti ‘alâ Sayyidil Kaunain, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2012], halaman 306). Wallâhu a’lam.


Keislaman Terbaru