• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Keislaman

Shalawat Kamaliyah; Bacaan, Terjemah dan Keutamaannya

Shalawat Kamaliyah; Bacaan, Terjemah dan Keutamaannya
Shalawat Kamaliyah memiliki fadilah atau keutamaan yang demikian mengagumkan. (Foto: NOJ/KNr)
Shalawat Kamaliyah memiliki fadilah atau keutamaan yang demikian mengagumkan. (Foto: NOJ/KNr)

Saat ini umat Islam tengah bersuka cita memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di banyak tempat, perayaan maulid dilakukan demikian meriah sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah.  Dan salah satu yang disarankan adalah dengan memperbanyak membaca shalawat, termasuk Shalawat Kamaliyah.


Shalawat Kamaliyah pahalanya dilipatgandakan ratusan ribu kali dan memiliki khasiat menolak lupa. Berikut lafalnya: 


اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَالِهِ


Allâhumma shalli wasallim wabârik’alâ sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi. 


Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada baginda Nabi Muḫammad SAW, dan juga kepada keluarganya, sebagaimana kesempurnaan-Mu yang tanpa batas, dan sebanyak bilangan kesempurnaannya (Nabi Muhmamad).   


Keutamaan Shalawat Kamaliyah 


1. Memperoleh Pahala Ratusan Lipat 

Meskipun lafal Shalawat Kamaliyah terbilang cukup ringkas, tetapi sekali baca saja pahalanya cukup besar. Ada yang mengatakan satu kali shalawat ini setara dengan 70.000 kali bershalawat. Ada yang menjelaskan setara 100.000 kali shalawat. Bahkan ada yang mengatakan 500.000 kali lipat. 


Syekh Abdul Qadir al-Jilani (wafat 561 H) menjelaskan dalam kitabnya, As-Safînatul Qâdiriyyah sebagai berikut: 


 ونقل عن بعض العارفين: أن من صلى بهذه الصلاة مرة واحدة عدلت له خمسمائة ألف صلاة وكانت له فداء من النار، وهي: اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله كما لا نهاية لكمالك وعدد كماله


Artinya: Dikutip dari sebagian ulama ahli makrifat, siapa yang membaca shalawat berikut sebanyak satu kali, maka pahalanya setara dengan membaca shalawat sebanyak 500.000 kali dan menjadi tebusan baginya dari api neraka. Redaksi shalawat itu adalah ‘Allâhumma shalli wasallim wabârik’alâ sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi’. (Muhyiddin Abdul Qadir bin Shalih al-Jilani, As-Safînatul Qâdiriyyah, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2016], halaman: 118).   


Sementara Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani (wafat 1350 H) dalam kitabnya Afdhalusshalât ‘alâ Sayyidis Sâdât menjelaskan, dalam kitab Al-Asrâr ar-Rabbâniyyah Syarhush Shâwî ‘alâ  Shalawâti Ahmad ad-Dardir dijelaskan, shalawat dengan redaksi tersebut dinamakan sebagai Shalawat Kamaliyah dan merupakan salah satu redaksi shalawat yang paling mulia. Sebagian ulama mengatakan pahalanya setara dengan membaca 70.000 kali shalawat, ada yang mengatakan 100.000 kali. (Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Afdhalusshalât ‘alâ Sayyidis Sâdât, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2016], halaman: 104). 

 

2. Menolak Lupa

Sebagai manusia, tentu sifat lupa adalah hal wajar. Tetapi, tentu ketajaman ingatan adalah keunggulan tersendiri yang banyak diidamkan orang. Salah satu khasiat shalawat Kamaliyah adalah mampu menolak lupa. 


Dalam kitab Sa’âdatuddârain, Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani menjelaskan bahwa Shalawat Kamaliyah yang dinisbatkan kepada Nabi Khidir AS ini memiliki khasiat mampu menolak lupa. 


Dalam salah satu riwayat dikisahkan sosok Syekh Ali Syibromalisi yang (wafat 1087 H) mengalami kebutaan. Di suatu hari Jumat sebelum melaksanakan shalat, Syekh Ali bertamu ke rumah Syihab al-Khaffaji. Syekh Ali pun dipersilakan duduk di sebuah kursi, sementara Syihab duduk di hadapannya dan bertanya kepada Syekh Ali perihal persoalan-persoalan pelik. Hebatnya, Syekh Ali mampu menjawab setiap persoalan yang diajukan beserta menyebutkan sumber kitab (buku) pengambilannya, lengkap pula dengan sanad-sanadnya.   


Pada Jumat berikutnya, Syekh Ali melakukan hal yang sama. Ia juga ditanyai hal-hal sulit dan menjawabnya dengan menyebutkan rujukan kitab beserta sanad-sanadnya, sebagaimana Jumat lalu. Kemudian ditanya, mengapa bisa sehabat itu. Padahal ia buta, tetapi seperti orang yang mampu melihat dengan baik. Syekh Ali pun menjawab dengan mengungkapkan kisahnya. Dulu, ia mempunyai seorang kawan setia yang selalu bersama dalam menuntut ilmu. Akan tetapi kedunya terpaksa berpisah karena ia memutuskan untuk belajar ilmu ramal— ilmu yang digunakan untuk mengetahui kejadian yang akan datang dengan menggaris di atas pasir, termasuk juga ilmu perbintangan—. Dengan kondisi matanya yang buta, hal ini terlalu sulit bagi Syekh Ali. Ia pun mendatangi gurunya, menceritakan apa yang sedang terhadi pada dirinya, dan meminta sang guru untuk mengajari ilmu ramal itu. Namun, sang guru menolak, menyadari bahwa Syekh Ali tidak mungkin mampu memahami ilmu tersebut, karena untuk memahaminya harus dengan penglihatan. Sementara ia tidak bisa melihat. Syekh Ali pun merasa sangat kecewa. Saking sedihnya, ia mogok makan selama dua hari.    


Suatu saat datanglah seorang laki-laki, dan berkata: Tidak apa-apa, wahai Ali. Lalu laki-laki itu menasihatinya, mengatakan bahwa ilmu ramal tidak baik untuk di dunia maupun akhirat. Jangan sampai bergantung pada ilmu tersebut. Ia lalu menawarkan sebuah amalan sebagai gantinya, dengan syarat Syekh Ali tidak lagi berniat untuk mendalami ilmu ramal. 


“Beri aku faidah (amalan) tersebut, aku berjanji padamu (tidak akan lagi berniat mendalami ilmu ramal),” mantap Syekh Ali. 


Laki-laki itu pun memberikan Syekh Ali shalawat yang memiliki khasiat untuk menolak lupa. Dengan cara dibaca antara waktu maghrib dan isya tanpa dibatasi bilangan tertentu. Redaksi shalawat itu adalah sebagai berikut: 


 اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اٰلِهِ كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَ عَدَدَ كَمَاٰلِهِ


Allâhumma shalli ’alâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi


Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Baginda Nabi Muḫammad SAW, dan juga kepada keluarganya, sebagaimana kesempurnaan-Mu yang tanpa batas, dan sebanyak bilangan kesempurnaannya. (Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Sa’âdatuddârain fish Shalâti ‘alâ Sayyidil Kaunain, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2012], halaman: 306).

  

Demikian antara laon bacaan dan terjemah, sekaligus kelebihan dari shalawat ini. keberadaannya sangat penting untuk dibaca sebagai sarana untuk semakin mengingat baginda Nabi Muhmaad SAW  Soal nantinya mendapat kurnia berupa fadilah yang ada, itu hanyalah bonus semata. Yang terpenting adalah selalu membaca shalawat dan kelak akan mendapatkan syafaat dari baginda Nabi Muhammad SAW. Wallâhu a’lam.  


Keislaman Terbaru