• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 23 April 2025

Keislaman

Nisfu Sya’ban Hari Perpindahan Kiblat Umat Islam

Nisfu Sya’ban Hari Perpindahan Kiblat Umat Islam
Nisfu Sya'ban hari perpindahan kiblat umat Islam (Foto:NOJ/qohiroh24)
Nisfu Sya'ban hari perpindahan kiblat umat Islam (Foto:NOJ/qohiroh24)

Memasuki pertengahan bulan Sya’ban atau dikenal dengan Nisfu Sya’ban sebagian kaum muslimin berlomba-lomba menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan penuh khidmah.  Selain dikarenakan sebagai bulan diangkatnya amal kebaikan, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan Syaban, salah satunya adalah pemindahan kiblat dari Baitul maqdis menghadap ke arah Ka’bah di Makkah. Kejadian ini jatuh pada Nisfu Sya’ban.
 

Terkait sejarah perpindahan kiblat, disebutkan dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad yang terbit pada tahun 1960 halaman 201, bahwa ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beliau mengerjakan shalat selalu menghadap ke arah Baitul Maqdis (Palestina) sampai kurang lebih 16 bulan lamanya, kemudian Nabi Muhammad mendapat perintah menghadap ke arah Ka’bah, Makkah.
 

Menurut Abu Hatim Al-Basti, umat Islam menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan. Kejadian pergantian kiblat terjadi pada hari Selasa di pertengahan bulan Sya’ban:
 

 صلى المسلمون إلى بيت المقدس سبعة عشر شهرة وثلاثة أيام سواء، وذلك أن قدومه المدينة كان يوم الاثنين لاثنتي عشرة ليلة خلت من شهر ربيع الأول، وأمره الله عز وجل باستقبال الكعبة يوم الثلاثاء للنصف من شعبان  
 

Artinya: Umat Islam pernah shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan tiga hari. Hal ini berdasarkan perhitungan Rasulullah saat tiba di Madinah pada hari Senin, tanggal 12 bulan Rabi’ul awwal. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengganti arah kiblat ke Ka’bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban. (lihat Madza fi Sya’ban, hlm. 10)
 

 

Lantas apa alasan Rasulullah shalat menghadap Baitul Maqdis saat di Madinah? tidak lain adalah untuk menghormati kaum Nasrani dan Yahudi yang ibadahnya menghadap Baitul Maqdis (Palestina).
 

Menurut Quraish Shihab dalam karya yang berjudul Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih 2018, disebutkan, sebenarnya Nabi Muhammad memiliki maksud tertentu ketika mendapat perintah mengubah kiblat ke Baitul Maqdis di Palestina. Nabi Muhammad ingin menunjukkan kepada kaum Yahudi bahwa Islam datang bukan untuk menghilangkan ajaran-ajaran yang pernah diajarkan oleh para rasul dan nabi terdahulu, termasuk Nabi Musa.  
 

Oleh karenanya, Nabi Muhammad, berharap, langkah itu bisa menarik orang-orang Yahudi untuk menerima Islam. Namun ternyata, kebijakan itu tidak membuahkan hasil. Orang-orang Yahudi tetap saja tidak mau menerima Islam, bahkan memusuhi Nabi Muhammad saw. dan umat Islam.
 

 

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah selalu dibujuk oleh segolongan kaum Yahudi agar hanya menyukai Baitul Maqdis sebagai satu-satunya tanah suci yang telah disediakan oleh Allah SWT untuk kediaman para Rasul-Nya. Mereka (Yahudi) berkata: “Maka jika engkau itu benar-benar utusan Allah, wahai Muhammad, hendaklah engkau berdiam di tanah suci itu (Baitul Maqdis) mengikuti jejak para utusan Allah yang terdahulu daripada engkau.”
 

Namun Rasulullah tidak terperdaya oleh bujuk rayu Yahudi. Sebaliknya, beliau selalu merasakan kerinduan menunaikan shalat menghadap Ka’bah (Masjidil Haram). Beliau kemudian berharap petunjuk dari Allah dengan menengadah ke arah langit mengharapkan turunnya wahyu terkait hal tersebut. Kejadian ini pun terekam dalam surat Al-Baqarah ayat 142
 

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
 

Artinya: Orang-orang yang kurang akalnya akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblat yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? (Baitul Maqdis) " Katakanlah (Muhammad): "Allah pemilik timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus 
 

Ayat tersebut sebagai bentuk ketegasan bahwa hanya Allah yang berhak memberikan petunjuk dan pemilik segala arah, sekaligus menjelaskan betapa sombong dan licik tipu daya Yahudi. Kemudian pada ayat 144 diterangkan jawaban atas kerinduan Rasulullah SAW kepada Masjidil Haram
 

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
 

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah wajahmu ke arah Masjid Haram. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. 
 

Dari sini dapat dipahami bahwa Nisfu Sya’ban adalah hari bersejarah, hari perpindahan kiblat umat Islam. Selain itu pula, dari keterangan di atas dapat dipetik pelajaran bahwa Nabi Muhammad memperkenalkan Islam sebagai agama yang toleran, tidak menggunakan kekerasan, agama yang penuh kasih sayang dan tetap memiliki pendirian tegas dan iman yang teguh. Kaum Muslimin tidak akan tertipu bujuk rayu kaum Yahudi.


Editor:

Keislaman Terbaru