• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Keislaman

Shalat Sunah Rebo Wekasan Haram?

Shalat Sunah Rebo Wekasan Haram?
Hukum shalat Rebo wekasan diperdebatkan sejumlah ulama. (Foto: NOJ/KLi)
Hukum shalat Rebo wekasan diperdebatkan sejumlah ulama. (Foto: NOJ/KLi)

Umat Islam akan memasuki Rebo wekasan atau Rabo terakhir di bulan Safar 1443 H pada Selasa (05/10/2021). Dan yang selalu menjadi polemik adalah kegemaran melaksanakan shalat sunah Rebo wekasan. Bagaimana pandangan Islam terhadap shalat Rebo wekasan ini?

 

Sekadar diketahui bahwa istilah Rebo wekasan bukan merupakan hal baru. Banyak perbincangan dan kajian berkaitan dengan isu tersebut. Yang mengemuka adalah dari dari sejarah, aneka ritual atau sejumlah musibah yang diasumsikan pada hari tersebut. 

 

Di artikel ini akan dijelaskan bagaimana pandangan fiqih Islam mengenai hukum shalat Rebo wekasan tersebut. Hal ini penting dikemukakan agar pembaca memiliki pengetahuan dan keyakinan yang dapat dipertanggung jawabkan terkait shalat Rebo wekasan.

 

Penjelasan dan Pandangan Ulama

Pada dasarnya, tidak ada nash sharih yang menjelaskan anjuran shalat Rebo wekasan. Oleh karenanya, bila shalat Rebo wekasan diniati secara khusus, semisal ‘aku niat shalat Safar’, ‘aku niat shalat Rebo wekasan’, maka tidak sah dan haram.

 

Hal ini sesuai dengan prinsip kaidah fiqih:


 والأصل في العبادة أنها إذا لم تطلب لم تصح   

Artinya: Hukum asal dalam ibadah apabila tidak dianjurkan, maka tidak sah. (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib Hasyiyah ‘ala al-Iqna’, juz 2, halaman: 60).   

 

Artikel diambil dariHukum Shalat Rebo Wekasan dalam Islam

 

Atas pertimbangan tersebut, ulama mengharamkan shalat raghaib di awal Jumat bulan Rajab, shalat nishfu Sya’ban, shalat Asyura’ dan shalat kafarat di akhir bulan Ramadhan, sebab shalat-shalat tersebut tidak memiliki dasar hadits yang kuat.   

 

Ditegaskan dalam kitab I’anah al-Thalibin:


   قال المؤلف في إرشاد العباد ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وصلاة آخر جمعة من رمضان سبعة عشر ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس التي لم يقضها وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر وصلاة الأسبوع أما أحاديثها فموضوعة باطلة ولا تغتر بمن ذكرها اه   

Artinya: Sang pengarang (syekh Zainuddin al-Malibari) berkata dalam kitab Irsyad al-‘Ibad, termasuk bid’ah yang tercela, pelakunya berdosa dan wajib bagi pemerintah mencegahnya, adalah Shalat Raghaib, 12 rakaat di antara maghrib dan isya di malam Jumat pertama bulan Rajab, shalat nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, shalat di akhir Jumat bulan Ramadhan sebanyak 17 rakaat dengan niat mengganti shalat lima waktu yang ditinggalkan, shalat hari Asyura sebanyak 4 rakaat atau lebih dan shalat ushbu’. Adapun hadits-hadits shalat tersebut adalah palsu dan batal, jangan terbujuk oleh orang yang menyebutkannya. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, I’anah al-Thalibin, juz 1, halaman: 270).   

 

Hanya saja, bila shalat Rebo wekasan diniati shalat sunah mutlak, dalam titik ini, ulama berbeda pandangan. Menurut Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari haram. Dalam pandangannya, anjuran shalat sunah mutlak yang ditetapkan berdasarkan hadits shahih tidak berlaku untuk shalat Rebo wekasan, sebab anjuran tersebut hanya berlaku untuk shalat-shalat yang disyariatkan.   

 

Dalam himpunan fatwanya, Rais Akbar NU tersebut mengatakan dalam tulisan bahasa Jawa pegon:


 اورا ويناع فيتواه اجاء اجاء لن علاكوني صلاة رابو وكاسان لن صلاة هدية كاع كاسبوت اع سؤال كارنا صلاة لورو ايكو ماهو اورا انا اصلى في الشرع. والدليل على ذلك خلو الكتب المعتمدة عن ذكرها كايا كتاب تقريب، المنهاج القويم، فتح المعين ، التحرير لن سافندوكور كايا كتاب النهاية المهذب لن احياء علوم الدين، كابيه ماهو أورا انا كاع نوتور صلاة كاع كاسبوت. الى ان قال وليس لأحد أن يستدل بما صح عن رسول الله انه قال الصلاة خير موضوع فمن شاء فليستكثر ومن شاء فليستقلل، فإن ذلك مختص بصلاة مشروعة   

 

Artinya: Tidak boleh berfatwa, mengajak dan melakukan shalat Rebo wekasan dan shalat hadiah yang disebutkan dalam pertanyaan, karena dua shalat tersebut tidak ada dasarnya dalam syariat. Tendensinya adalah bahwa kitab-kitab yang bisa dibuat pijakan tidak menyebutkannya, seperti kitab al-Taqrib, al-Minhaj al-Qawim, Fath al-Mu’in, al-Tahrir dan kitab seatasnya seperti al-Nihayah, al-Muhadzab dan Ihya’ Ulum al-Din. Semua kitab tersebut tidak ada yang menyebutkannya. Bagi siapa pun tidak boleh berdalih kebolehan melakukan kedua shalat tersebut dengan hadits shahih bahwa Nabi bersabda, shalat adalah sebaik-baiknya tempat, perbanyaklah atau sedikitkanlah, karena sesungguhnya hadits tersebut hanya mengarah kepada shalat-shalat yang disyariatkan. (KHM Hasyim Asy’ari sebagaimana dikutip kumpulan Hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur).   

  

Sedangkan menurut Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki hukumnya boleh. Dalam pandangannya, solusi untuk membolehkan shalat-shalat yang ditegaskan haram dalam nashnya para fuqaha adalah dengan cara meniatkan shalat-shalat tersebut dengan niat shalat sunah mutlak. 

 

Hal tersebut ditegaskan:


   قلت ومثله صلاة صفر فمن أراد الصلاة فى وقت هذه الأوقات فلينو النفل المطلق فرادى من غير عدد معين وهو ما لا يتقيد بوقت ولا سبب ولا حصر له . انتهى   

Artinya: Aku berpendapat, termasuk yang diharamkan adalah shalat Safar (Rebo wekasan), maka barangsiapa menghendaki shalat di waktu-waktu terlarang tersebut, maka hendaknya diniati shalat sunah mutlak dengan sendirian tanpa bilangan rakaat tertentu. Shalat sunah mutlak adalah shalat yang tidak dibatasi dengan waktu dan sebab tertentu dan tidak ada batas rakaatnya. (Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki, Kanz al-Najah wa al-Surur, halaman: 22).   

 

Shalat Rebo wekasan sendiri dijelaskan secara rinci meliputi tata cara dan doanya oleh Syekh Abdul Hamid Quds dalam Kanz al-Najah wa al-Surur. Demikian pula disebutkan oleh Syekh Ibnu Khatiruddin al-Athar dalam kitab Al-Jawahir al-Khams. Dan shalat Rebo wekasan umum dilakukan di beberapa daerah. Ada yang melakukannya secara berjamaah, demikian pula secara sendiri.   

 

Demikian penjelasan mengenai hukum shalat Rebo wekasan. Ikhtilaf ulama sebagaimana dijelaskan di atas adalah hal yang sudah biasa dalam fiqih, masing-masing memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan atau ajang saling bully, namun sebagai rahmat bagi umat, membuka ruang seluas-luasnya bagi mereka untuk menjalankan ritual agama tanpa keluar dari batas syariat. 

 

Wallahu a’lam.


Editor:

Keislaman Terbaru