Memasuki Rebo Wekasan, Berikut 3 Hal yang Harus Diperhatikan
Senin, 27 September 2021 | 17:30 WIB
Syaifullah
Kontributor
Di antara masalah yang menjadi pembicaraan warga pada akhir bulan Safar adalah Rebo Wekasan. Yang dimaksud adalah amalan yang dikaitkan dengan Rabu terakhir di bulan Safar dan untuk tahun ini tepat pada Selasa (05/10/2021) petang. Bagaimana panduan Islam terkait Rebo Wekasan?
Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail al-Azminah wash-Shuhur menjelaskan banyak para wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Oleh sebab itu, hari tersebut menjadi waktu terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (nawafil, sunah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali.
Lalu setelah salam membaca doa, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
Artikel diambil dari: Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan
Mengenai amalan-amalan di atas, mengutip KH Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan. Argumen yang disampaikan adalah 3 hal berikut:
1. Tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Safar, yang ada hanya nash hadits dlaif yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus. Dan hadits dlaif ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
2. Tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara. Ada anjuran dari sebagian ulama tasawuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syari.
3. Shalat khsuus seperti itu tidak boleh, kecuali hanya sebatas shalat hajat lidaf’il bala’ al-makhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan). Atau nafilah mutlaqah (shalat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh syara, karena hikmahnya adalah agar manusia bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Taala.
Mengutip pandangan Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar tentang hadits kesialan terus menerus pada Rabu terakhir tiap bulan, dinyatakan: "Nahas yang dimaksud adalah bagi mereka yang meyakininya, bagi yang mempercayainya. Tetapi bagi orang-orang yang beriman meyakini bahwa setiap waktu, hari, bulan, tahun ada manfaat dan ada mafsadah, ada guna dan ada madharatnya. Hari bisa bermanfaat bagi seseorang, tetapi juga bisa juga nahas bagi orang lain."
Artinya hadits ini jangan dianggap sebagai suatu pedoman, bahwa setiap Rabu akhir bulan adalah hari naas yang harus dihindari. Karena ternyata pada hari itu, ada yang beruntung, ada juga yang buntung. Tinggal manusia berikhtiar meyakini, bahwa semua itu adalah anugerah Allah.
Wallahu a’lam.
Terpopuler
1
Ketua PW GP Ansor Jatim Ungkap Mimpi Burdah Sebelum Lantik Pengurus Sumenep
2
Pemberangkatan KBIHU NU An-Nahdliyah, Jamaah Haji Diminta Fokus Ibadah dan Jaga Kesehatan
3
Ma'had Aly Denanyar Gelar Kuliah Umum Perkuat Literasi Politik Santri
4
GP Ansor Sumenep Periode 2024-2028 Resmi Dilantik, Siap Kolaborasi dengan Forkopimda
5
Grup Inses di Facebook Viral, Begini Hukum Nikah Sedarah dalam Islam
6
Konfercab XIV, KH Salim Azhar dan Sahrul Munir Pimpin PCNU Lamongan 2025-2030
Terkini
Lihat Semua