• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Keislaman

Keistimewaan Menziarahi Kubur Orang Tua Setiap Hari Jumat

Keistimewaan Menziarahi Kubur Orang Tua Setiap Hari Jumat
Tampak rombongan keluarga sedang ziarah makam orang tua (Foto:NOJ/karomi)
Tampak rombongan keluarga sedang ziarah makam orang tua (Foto:NOJ/karomi)

Ziarah kubur merupakan salah satu tradisi yang telah dilakukan sejak lama oleh umat Islam, apalagi dengan berziarah, seseorang akan teringat bahwa kehidupan di dunia bersifat sementara, dan semua akan kembali kepada Sang Khaliq. 


Dalam surat Al-Hadid ayat 20 disebutkan:


اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ


Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu


Tradisi ziarah kubur sebenarnya di kalangan warga Nahdliyin sudah diajarkan sejak dini, seperti mengajak anak cucu membiasakan tiap hari Jumat berziarah ke makam leluhur, orang tua. Tentu diiringi dengan bacaan tahlil, surat yasin yang pahalanya dihadiahkan kepada mereka yang telah meninggal.


Dalil yang digunakan sebagai landasan di antaranya bersumber dari kitab Nawadhir Al-Ushul karya Imam Tirmidzi dan kitab Al-Mu’jam Al-Awsath karya Imam Tabrani, keduanya meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda:


مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِيْ كُلِّ جُمُعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَ كُتِبَ لَهُ بَرًا


Artinya: Siapa saja yang menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satunya tiap hari Jumat, maka diampuni dosa-dosa (kecil) nya dan dia dicatat sebagai orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya.


Sedangkan Imam Hakim meriwayatkan:


فقد روى الحاكم عن أبي هريرة رضي الله عنه: من زار قبر أبويه أو أحدهما في كل جمعة مرة غفر الله له، وكان بارا بوالديه. وفي رواية: من زار قبر والديه كل جمعة أو أحدهما، فقرأ عنده يس والقرآن الحكيم، غفر له بعدد ذلك آية أو حرفا


Artinya: Imam Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah, siapa saja yang menziarahi kuburan kedua orang tua atau salah satunya setiap hari Jumat satu kali, maka Allah akan mengampuni dosanya dan dia termasuk berbakti kepada kedua orang tua. Dalam riwayat lain, siapa saja menziarahi kuburan kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat, lalu membaca surat Yasin, maka dosanya diampuni sesuai bilangan ayat atau huruf yang dibacakan untuk orang tuanya. (I’anah Thalibin, 2/143)


Beberapa keterangan di atas menunjukkan betapa kuatnya hubungan orang tua dengan anak, meskipun telah meninggal. Berziarah selain merupakan bukti bakti seorang anak kepada orang tua, juga menjadi media penyambung (irtibath) antara yang telah meninggal dengan yang masih hidup, selain itu juga pengingat bagi yang masih hidup bahwa ia akan mengalami kematian. Bagi mereka yang pernah punya kesalahan kepada orangtua, tradisi ziarah kubur menjadi solusi untuk menebus kesalahan masa lampau.


Adapun waktu yang ideal untuk berziarah dalam penjelasan kitab Hasyiyah Bujairami juz 1/497 adalah sebagai berikut: 


رُوحُ الْمَيِّتِ لَهَا ارْتِبَاطٌ بِقَبْرِهِ وَلَا تُفَارِقُهُ أَبَدًا لَكِنَّهَا أَشَدُّ ارْتِبَاطًا بِهِ مِنْ عَصْرِ الْخَمِيسِ إلَى شَمْسِ السَّبْتِ وَلِذَلِكَ اعْتَادَ النَّاسُ الزِّيَارَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَفِي عَصْرِ الْخَمِيسِ


Artinya: Ruh mayit memiliki ikatan (berada) di makamnya, yakni tidak terpisah selama-selamanya dengan makam, terlebih pada Kamis sore hingga Sabtu pagi. Oleh karena itu, masyarakat membiasakan ziarah di hari Jumat dan Kamis sore.


Penjelasan dalam kitab Bujairami di atas menegaskan bahwa ruh mayit selalu berada di kuburannya, terlebih pada hari Kamis sore, Jumat, Sabtu pagi. Ini artinya, menziarahi kuburan orangtua dapat dilakukan di salah satu hari tersebut, bisa Kamis, Jumat atau Sabtu.


Keutamaan menziarahi kubur orang tua sejatinya dalam rangka mengetuk kesadaran batin setiap anak untuk selalu mendoakan kedua orang tuanya. Apalagi mendoakannya setiap selesai sholat lima waktu, seperti keterangan dalam Tafsir Kabir juz 20/ 162 karya Fakhruddin Al-Razi:


سئل سفيان : كم يدعو الإنسان لوالديه ؟ أفي اليوم مرة أو في الشهر أو في السنة ؟ فقال : نرجو أن يجزئه إذا دعا لهما في أواخر التشهدات


Artinya: Imam Sufyan ditanya, berapa kali seseorang mendoakan orang tuanya ? apakah sekali dalam sehari, sebulan atau setahun ? Imam Sufyan menjawab: Cukup berdoa untuk kedua orang tuanya saat akhir tasyahud. (Tafsir Kabir)


Adapun doa yang diucapkan adalah sebagai berikut:


رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ


Rabbighfirli wa li walidayya wa lil mu’minina yauma yaqumul hisab (QS. Ibrahim, 41)


Artinya: Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).


Bisa pula ditambahkan:


رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا


Rabbirhamhuma kama rabbayani shaghira (QS. Isra’, 24)


Artinya: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.
 

Dengan demikian, menziarahi kubur orang tua merupakan bentuk kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, berbakti kepada keduanya dan sekaligus sebagai media penyambung batin antara anak dengan orang tua, sehingga dosa-dosanya diampuni oleh Allah.


Editor:

Keislaman Terbaru