• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Matraman

HARI SANTRI 2023

Nahdliyin di Kawasan Trenggalek Ziarah Makam Masyayikh Pesantren

Nahdliyin di Kawasan Trenggalek Ziarah Makam Masyayikh Pesantren
Ziarah makam masyayikh di MWCNU Durenan, Trenggalek. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)
Ziarah makam masyayikh di MWCNU Durenan, Trenggalek. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online Jatim

Gegap gempita dan penuh khidmat terasa dalam peringatan Hari Santri 2023 di Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek yang telah usai melaksanakan apel.


Rangkaian Hari Santri 2023 berlanjut ke ziarah makam masyayikh yang juga sekaligus sebagai pejuang sampai penggerak meletusnya 10 November 1945.


Sekretaris MWCNU Durenan, Syamsudin mengatakan, selesai kegiatan apel bendera ini langsung ziarah ke makam tokoh, masyayikh, para pendahulu, pejuang, utamanya di Kecamatan Durenan. Pertama di makam Kiai Mesir, dimana sebagai empunya ulama di tanah Jawa di Makam Joglo Semarum Kecamatan Durenan.


"Kita lanjutkan di Pondok Pesantren Darussalam Jajar, dimana ada Almaghfurlah KH Badruddin, tokoh pejuang dan pahlawan nasional yang juga ada di barisan Hisbullah bersama dengan Kiai Muin (putra Mbah Mesir)," ujarnya.


Pria yang juga sebagai Kepala Sekolah Sekolah Menengah Akhir (SMA) Islam Durenan ini mengaku, tujuan ziarah ketiga atau terakhir di Makam Kanjengan Gunung Cilik. Menurutnya, makam tersebut banyak tokoh para ulama yang notabene masyayikh pesantren. 


Termasuk ada makam tokoh besar dalam satu lokasi, yakni Makam KRTAA Sosroprawiro, Bupati Ponorogo, KPPA Sosrodiningrat, Bupati Tulungagung. Kemudian ada KRA Musono Sosrodiningrat (Bupati Surabaya).


"Ada makam KH Mahmud Ihsan Yunus, KH Nafii Jumadi, Gus Muhdhor dan tokoh ulama lainnya," terangnya.


Perihal makna Hari Santri, bagi pria alumnus Universitas Islam Malang (Unisma) ini mengaku, sebuah penghargaan dari pemerintah Negara Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI) yakni adanya Indonesia para ulama memiliki andil besar, dan juga dari para santri berjuang menjadi tentara hisbullah pada waktu itu melawan penjajah Belanda dan Jepang.


Menurut Syamsudin, sejak awal yang berjuang mati-matian di garda depan ini adalah kalangan santri dan ulama. Apalagi pendiri dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesai (BPUPKI) ada panitia 7 yang dari Islam.


"Yang jelas dengan andilnya itu ketika menjelang Hari Pahlawan ini dimotori oleh Hadratusyaikh KH Hasyim As'yari mengeluarkan resolusi jihad. Radius 90 KM semua wajib berjuang membela negara karena hubbul waton minal iman," tandasnya.


Matraman Terbaru