• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Madura

Alumni Pesantren Annuqayah Sumenep Diajak Teladani Masyayikh

Alumni Pesantren Annuqayah Sumenep Diajak Teladani Masyayikh
Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Kiai M Halimi Ishomuddin. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Kiai M Halimi Ishomuddin. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Kiai M Halimi Ishomuddin mengajak kepada alumni untuk meneladani jejak para masyayikh sepuh. Tak cukup itu, setiap laku masyayikh hendaknya dijadikan cerminan dalam kehidupannya sehari-hari.

 

Pernyataan ini disampaikan pada peringatan maulid nabi dan haul masyayikh Pondok Pesantren Annuqayah yang dihelat oleh Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Pragaan, Sumenep. Kegiatan tersebut dipusatkan di kediaman Ustadz Harits Desa Prenduan, Pragaan, Sumenep.

 

“Saya bisa duduk di atas panggung ini karena kemuliaan para sesepuh Annuqayah dan para guru. Karena para sesepuh tidak sekadar mengajarkan ilmu dhahir, tapi juga ilmu batin dan hal yang semestinya dijadikan cermin oleh para penerusnya,” ujarnya dalam siaran langsung yang ditayangkan di Annuqayah TV diakses pada Senin (02/10/2023).

 

Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep itu mengingatkan kepada alumni agar dalam keseharian tidak sekadar menggunakan akal dan intelegensi semata. Karena tidak semua orang bisa mengetahui hal-hal yang bakal terjadi di kemudian hari.

 

Diceritakan, setiap dihadapkan dengan sebuah persoalan, para sesepuh dan guru menghadapinya dengan istikharah. Kebiasaan ini selayaknya diteladani oleh alumni. Oleh karenanya, ia mengajak pada alumni untuk mengetahui sejarah masyayikh pendahulu kepada para alumni senior. Hal terpenting, akhlak yang diajarkan oleh guru jangan sampai luntur.

 

“Setahu kami, jika wali santri mempamitkan anaknya pulang dari pesantren kepada pengasuh, pasti yang disampaikannya kepada pengasuh sebuah harapan dan doa agar bisa mengamalkan akhlak dalam kehidupannya. Selang kemudian, pengasuh pesantren pun merespons dengan jawaban, mudah-mudahan mengingat dan mengamalkannya,” ucapnya.

 

Ia menegaskan, keistikamahan tidak akan muncul secara tiba-tiba, tetapi muncul dalam lubuk hati yang paling dalam. Dirinya sering mengingatkan kepada alumni bahwa sebelum shalat Subuh berjamaah, santri akan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak pernah berubah sejak dulu hingga sekarang, yaitu Surat Ali Imran ayat 190.

 

“Kalau kita mau berpikir, ayat ini sejatinya adalah prinsip yang harus dimiliki oleh kita. Santri di pesantren ingin dibentuk menjadi orang-orang yang ulil albab. Ayat ini mengajak kepada santri untuk ingat kepada-Nya. Segala tingkah laku kita dicerminkan sebagai bentuk dzikir kepada-Nya. Karena dzikir tidak hanya diucapkan pakai lisan. Demikian pula shalat disebut dzikir. Jadi, dzikir itu artinya luas,” terangnya.

 

Untuk menjadi hamba yang ulil albab, lanjut Kiai Halimi, rasanya jauh dari jejak perilaku muassis Annuqayah. Kendati demikian, sekalipun tak sama 100 persen dengan masyayikh, semoga tak terlalu jauh meneladani dan mencermin dari para sesepuh Annuqayah.

 

“Mari kita berikhtiar mencontoh apa yang diajarkan guru. Galilah sirah masyayikh kita dari alumni sepuh. Bagiku, alumni sepuh adalah khazanah yang bernilai. Apa yang dilakukan oleh KH Muhammad Al-Faiz Sa’di Amir yakni membaca manuskrip pendahulu Annuqayah adalah cermin yang harus kita ikuti,” tandasnya.


Madura Terbaru