• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Madura

Habib Abdul Qodir: Ibu Azimat di Dunia dan Akhirat

Habib Abdul Qodir: Ibu Azimat di Dunia dan Akhirat
Pendakwah Al-Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud. (Foto: Tangkapan Layar youtube Al-Muqri TV)
Pendakwah Al-Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud. (Foto: Tangkapan Layar youtube Al-Muqri TV)

Sumenep, NU Online Jatim
Pendakwah Al-Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud menegaskan, bahwa ibu adalah azimat hidup di dunia dan akhirat. Penegasan itu disampaikan saat podcast di kanal youtube Al-Muqri TV, Rabu (29/06/2022).


Disebutkan, ada empat hal yang perlu diberikan azimat. Sebab, azimat ibarat tameng yang melindungi seseorang dari hal-hal yang merugikan. Pertama, azimat tertinggi adalah ibu. Azimat inilah yang membuat api neraka tidak menyentuh manusia. Walaupun menyentuhnya, api tersebut tidak terasa panas.


“Untuk itu, jika seseorang ingin dijauhkan dari api neraka, maka berbaktilah kepada ibu,” ujar pendakwah asal Kraksaan, Probolinggo itu.


Kedua, azimat untuk diri sendiri. Ada 2 azimat yang harus dilakukan oleh setiap individu. Pertama, berdzikir karena dapat memberi bekas atau efek yang sangat baik pada tubuh. Kedua, menjauhi maksiat.


“Jika anggota badan berbuat maksiat, baik pemikiran ataupun hati, maka kenikmatan akan dicabut secara pelan-pelan oleh Allah dan tidak akan pernah kembali,” terangnya.


Diceritakan, para ulama pendahulu, seperti Imam Abu Syuja di umur yang sudah tua atau sekitar 100 tahunan, badannya masih sehat. Saat ditanya, fisiknya bugar karena organ tubuhnya tidak pernah digunakan untuk bermaksiat.


“Hal itu tentu berbeda di masa sekarang yang banyak sekali generasi muda gagal dalam hal tersebut sehingga banyak berbuat maksiat,” tegasnya.


Ia melanjutkan, yang nomor tiga adalah azimat yang bisa dipakai seseorang yang membuat seakan-akan lezat dalam setiap keadaan. Artinya, di manapun ia duduk, tinggal, dan saat menghadapi permasalahan merasakan nikmat atau pahit menjadi manis.


“Apa azimat itu? Zimatnya adalah shadaqah dan keridhaan dari seorang guru,” ungkap santri dari Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ini.


Keempat, ialah azimat yang dipakai agar dicintai orang lain. Azimat tersebut terbagi menjadi dua, yakni jujur dan dermawan. Sifat jujur menurut Habib Abdul Qodir adalah kendaraan yang akan menyampaikan seseorang pada derajat yang paling tinggi.


“Hilangnya kecintaan dalam rumah tangga bermula dari kejujuran. Seorang santri ketika tidak dicintai oleh gurunya itu karena tidak jujur. Jujur cuma sekali, tetapi saat berbohong, tidak mungkin ia kembali. Walaupun ia mengaji, shalat tahajud, dan sebagainya, orang ini tetap dicap pernah berbohong,” tegasnya.


​​​​​​​Terkait sifat dermawan atau pemurah, Habib Abdul Qodir menceritakan, bahwa Allah pernah mengatakan pada Nabi Musa AS agar tidak membunuh Musa bin Zafar atau Samiri yang membuat umatnya menyembah berhala. “Mengapa? Karena Samiri orangnya dermawan,” pungkasnya.


Madura Terbaru