• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Madura

Ramai Peziarah, Suasana Makam Syaikhona Kholil Bangkalan Jelang Ramadlan

Ramai Peziarah, Suasana Makam Syaikhona Kholil Bangkalan Jelang Ramadlan
Makam Syaikhona Kholil di Desa Martajesah, Kabupaten Bangkalan, Madura. (Foto: NOJ/NF)
Makam Syaikhona Kholil di Desa Martajesah, Kabupaten Bangkalan, Madura. (Foto: NOJ/NF)

Bangkalan, NU Online Jatim

Berziarah kubur menjelang bulan suci Ramadlan sudah menjadi tradisi di Indonesia. Selain kepada para orang tua yang sudah meninggal, Muslim di Indonesia biasanya juga bertawassul di makam para waliyullah dan ulama kharismatik. Tak heran makam para Wali Songo dan ulama-ulama kharismatik di Nusantara dijejali peziarah beberapa hari sebelum Ramadlan.

 

Suasana seperti itu juga terlihat di makam ulama kharismatik asal Madura, Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Al-Bangkalani, di Desa Martajesah, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan, Rabu malam (07/04/2021). Rombongan peziarah berdatangan, bergantian bertawassul dan berdoa di pesarean Syaikhona Kholil yang berada di sisi kanan masjid.

 

Lapangan parkir penuh dengan kendaraan pribadi maupun bus. Pengamatan NU Online Jatim di sana, makin malam rombongan peziarah tambah banyak yang datang. Mereka bukan hanya berasal dari Madura. Banyak pula peziarah dari luar Madura. Hingga Kamis dini hari (08/04/2021), suasana kompleks pemakaman Syaikhona Kholil masih ramai dengan peziarah.

 

Warung-warung makanan dan toko oleh-oleh juga ramai dengan pengunjung. Itu berkah tersendiri bagi para pedagang yang berjualan di sekitar kompleks pemakaman, setelah sempat sepi pengunjung karena pandemi Covid-19. “Sebulan terakhir ini mulai ramai, mungkin karena mau puasa,” kata Ahmad, pemilik salah satu warung makan.

 

Untuk diketahui, Syaikhona Kholil Bangkalan lahir pada Januari tahun 1820 dan meninggal pada Desember 1925. Ia dikenal sebagai guru para ulama besar di Nusantara. Murid-muridnya di antaranya, pendiri Nahdlatul Ulama Rais Akbar KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Ahmad Syamsul Arifin, dan sejumlah ulama lain di Jawa dan luar Jawa.

 

Syaikhona Kholil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH Abdul Latif, memiliki ikatan darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Latif adalah Kiai Hamim, anak dari Kiai Abdul Karim, anak dari Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati.

 

Sejak kecil, Syaikhona Kholil dididik sangat ketat oleh sang ayah. Kebetulan juga Mbah Kholil di masa kecil sangat haus akan ilmu. Terutama yang berkaitan dengan ilmu Fiqh dan nahwu. Bahkan lebih istimewanya lagi ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Malik sejak usia muda.

 

Syaikhona Kholil muda menimba ilmu di sejumlah pesantren. Ia pernah mondok di Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan, Pesantren Keboncandi, juga di Pasuruan, menimba ilmu di Pesantren Sidogiri Pasuruan, dan beberapa pesantren lainnya di Jawa.

 

Ia juga menuntut ilmu di Mekkah. Di Tanah Suci inilah Syaikhona Kholil bertemali ilmu dengan sejumlah ulama besar Nusantara, di antaranya Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail Al-Bimawi

 

Sebulan terakhir nama Syaikhona Kholil mengemuka karena diwacanakan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Perannya dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia melalui pendidikan pesantren dinilai besar.

 

Sejumlah partai politik, di antaranya Golkar, Nasdem, dan PKB, sudah melaksanakan diskusi dan seminar soal itu, mengkaji secara akademik sebagai syarat administrasi pengusulan gelar pahlawan nasional untuk Syaikhona Kholil.

 

Editor: Nur Faishal


Madura Terbaru