• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Madura

Santri Annuqayah Sumenep Raih Sutradara Terbaik di Festival MPJ 2023

Santri Annuqayah Sumenep Raih Sutradara Terbaik di Festival MPJ 2023
Ach Rofiq saat menerima penghargaan sutradara terbaik di festival MPJ 2023. (Foto: NOJ/Firdausi)
Ach Rofiq saat menerima penghargaan sutradara terbaik di festival MPJ 2023. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Film Kateteyan yang disutradarai oleh Ach Rofiq, santri Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-Guluk dinobatkan sebagai sutradara terbaik dalam event Festival Media Pondok Jatim 2023 yang dihelat di 3 pesantren ternama, yakni Pondok Pesantren Al-Fattah dan Tremas Pacitan, Sabtu (23/12/2023).


Rofiq sapaannya menjelaskan, Kateteyan tidak hanya dimaknai sandal, tetapi juga jembatan atau kendaraan. Dalam film ini maka diartikan sebagai sandal, jalan, atau jembatan menuju ridha kiai. Ia menceritakan, mengerjakan film tersebut bersifat dadakan, lantara kru Lubangsa Media ingin mencicipi manisnya perlombaan di tingkat regional. 


Kendati bermodal 800 ribu, syuting 4 hari dan editing 7 hari, jerih payahnya membuahkan hasil, yakni sutradara terbaik, nominasi film terbaik, nominasi skenario terbaik, dan nominasi aktor terbaik. Penghargaan ini tidak lepas dari 7 orang kru yang membersamainya saat mengerjakan film.


Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk ini mengutarakan, banyak sekali tantangan yang mereka hadapi. “Mulai dari kesulitan mencari aktor, minimnya fasilitas yang membuatnya menyewa alat, hingga beberapa orang menghujat karena menurut mereka naskahnya menjiblak, padahal kenyataan asli,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Ahad (24/12/2023).


Ia menegaskan, Lubangsa Media tidak mempunyai kamera, voice recorder, stabilizer, dan sejenisnya atau minim peralatan. Yang ada hanya handphone milik pesantren untuk merekam suara aktor. Pihaknya bermodal nyali yang berkobar untuk mengharumkan nama pesantren agar dikenal di Jawa Timur.


“Setelah film jadi, H-1 kami masih belum ada kepastian dari pihak pesantren, bisa atau tidaknya ikut lomba, karena akan dikoreksi oleh pengasuh pesantren. Di hari terakhir penyetoran film, kiai merestui film Kateteyan setelah beliau menonton langsung film tersebut,” paparnya.


Setelah mengikuti roundown acara tersebut, film Kateteyan juga masuk dalam nominasi. Puncaknya adalah ia terpilih sebagai stradara terbaik. 


Alur cerita film Kateteyan​​​​​​​

“Mondok tidak cukup kalau hanya mengaji, tapi harus dibarengi pula dengan mengabdi,” itulah kata-kata ayah Muhlasin. Namun ia bingung, bentuk pengabdian seperti apa yang akan ia lakukan? Sementara kesempatan untuk mengabdi langsung ke dhalem kiai sangat sedikit karena jumlah santri ribuan.


Akhirnya ia mencoba untuk membalikkan sandal kiai. Namun tak gampang, karena santri lainnya berebut untuk membalikkan sandal kiai. Si Muhlasin selalu gagal, Hamid lah yang selalu berhasil membalik sandal kiai. Hamid adalah sosok munafik yang berkedok tata krama yang suka membalikkan sandal kiai.


Dengan ketiga sahabatnya Amil, Jasil, dan Lukman, akhirnya Muhlas memilih membalik sandal-sandal santri ketika di masjid. Menurut Amil, membalik sandal santri juga termasuk mengabdi kepada kiai, karena yang namanya cinta kepada kiai juga mencintai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kiai, termasuk santri.


Menurutnya, santri adalah hamba yang mulia sebab menuntut ilmu. Malaikat saja mengepakkan sayapnya bagi mereka, dan sandal adalah benda yang menopang seluruh tubuh manusia. Membalik ribuan sandal santri adalah perbuatan yang berharga dan mulia. Akhirnya, sebab membalikkan sandal santri, mereka menjadi Kateteyan atau jalan bagi mereka yang mengabdi ke dhalem kiai.


Madura Terbaru