• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Madura

Semangat Santri Annuqayah Diskusi Demokrasi dan Pancasila

Semangat Santri Annuqayah Diskusi Demokrasi dan Pancasila
A Warits, Koorbid Pengkaderan PCNU Sumenep di acara seminar tentang demokrasi dan Pancasila di Instika Guluk-Guluk. (Foto: NOJ/Firdausi)
A Warits, Koorbid Pengkaderan PCNU Sumenep di acara seminar tentang demokrasi dan Pancasila di Instika Guluk-Guluk. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Santri dan mahasiswa Annuqayah Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, antusias mengikuti seminar nasional bertajuk Demokrasi Pancasila dalam Pemilu: Esensi Pemilu dalam Sistem Demokrasi Berbasis Ideologi Pancasila di Aula Asy-Syarqawi Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Senin (28/03/2022).


Beberapa narasumber dihadirkan dalam seminar yang digelar oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk, di antaranya A Warits, Koordinator Bidang Pengkaderan PCNU Sumenep yang juga Ketua KPU setempat, dan Darul Hasyim Fath, anggota DPRD Sumenep.


Warits menjelaskan, demokrasi meletakkan kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat melalui kelompok atau individu perwakilan yang dipilih sebagai kepanjangan tangan untuk mengelola kedaulatan itu sendiri. Sedangkan kepanjangan tangan kedaulatan rakyat itu terwujud pada diri presiden, kepala daerah dan anggota legislatif dari setiap tingkatan.


“Unsur pokok demokrasi antara lain kontrol rakyat yang memiliki wewenang tertinggi dan merupakan sumber kewenangan pemerintahan; adanya kesetaraan rakyat dalam penerapan kontrol rakyat; rakyat dapat membatasi kekuasaan pemerintah melalui suatu peraturan mendasar (konstitusi); demokrasi mengakui keutamaan moral dari seorang individu dan bahwa semua orang memiliki hak-hak mendasar tertentu. Tujuan utamanya adalah perlindungan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.


Dalam beberapa literasi terkemuka, lanjut Warits, negara demokrasi setidak-tidaknya ditopang oleh pilar. Yaitu, adanya penyelenggaraan Pemilu yang bebas dan berkala. Jika dalam konteks Indonesia terdapat asas Luber, Jurdil, dan pemilihan berkala dalam jangka waktu lima tahun.


“Adanya pemerintahan yang terbuka, akuntabel, dan responsif. Adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Tumbuh dan berkembangnya civil society dalam supremasi sipil,” ujar mantan Sekretaris PCNU Sumenep itu.


Alumni Nasyatul Mutaallimin Gapura itu menambahkan, negeri ini menyepakati Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Juga demokrasi sebagai sistem politik dan pemerintahannya melahirkan sebuah konsepsi, yakni demokrasi Pancasila ala Indonesia.


Mantan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Sumenep itu menjelaskan, demokrasi Pancasila di sini bukanlah sekadar jargon, melainkan implementasi sistem demokrasi dalam kerangka Pancasila. Dalam tiap butir Sila-nya di setiap sendi kehidupan, utamanya politik, sosial dan pemerintahan.


Sementara itu, Darul Hasyim Fath mengatakan bahwa pesantren menjadi muara dari segala ikhtiar sikap Pancasila. “Presiden RI Joko Widodo jauh-jauh datang ke Annuqayah ingin menjemput berkah. Itu artinya, satu dari sekian banyak penyangga berdirinya republik ini adalah kekuatan berpikir para santri yang menjadi simbol produksi peradaban politik negara ini,” katanya.


Kelima Sila yang dipahami, lanjutnya, merupakan cara republik berjanji pada generasi ini. Janji tersebut bisa diwujudkan oleh keunggulan-keunggulan berpikir, kemampuan generasi bangsa yang memiliki peradaban politik yang baik dan ditentukan seberapa kuat kemampuan generasi bangsa mengabdikan pemikiran inti para pendiri bangsa.


Madura Terbaru