• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Malang Raya

Anggota CBP-KPP Batu Belajar Kebencanaan ke BPBD

Anggota CBP-KPP Batu Belajar Kebencanaan ke BPBD
Anggota CBP-KPP Kota Batu diskusi kebencanaan dengan BPBD. (Foto: NOJ/Zaiyana Nur Ashfiya)
Anggota CBP-KPP Kota Batu diskusi kebencanaan dengan BPBD. (Foto: NOJ/Zaiyana Nur Ashfiya)

Batu, NU Online Jatim

Dewan Koordinasi Cabang Corp Brigade Pembangunan dan Korp Pelajar Putri (CBP-KPP) Kota Batu menggelar diskusi kebencanaan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota setempat pada Ahad (06/03/2022). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari apel Sapa Kader yang diselenggarakan sebelumnya.

 

Anggara Bina, perwakilan dari BPBD Kota Batu selaku pemateri, mengingatkan pentingnya belajar kebencanaan kepada para peserta. Belajar kebencanaan bukan berarti belajar untuk menjadi relawan saja, melainkan juga belajar bagaimana mengambil peran dalam mengurangi resiko bencana.

 

Ada tiga tahapan dalam aksi kebencanaan, yaitu tahap pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Diskusi terbuka yang diadakan termasuk dalam tahap pra bencana. “Mengingat bencana banjir beberapa waktu lalu, sudah semestinya kita lebih tanggap dan lebih peduli terhadap masalah kebencanaan,” katanya.

 

Menurutnya, penting bagi semua untuk mengubah paradigma dari tindakan penanggulangan bencana yang melulu responsif menjadi tindak preventif. Aksi dalam penanggulangan bencana tidak hanya dilakukan setelah bencana itu terjadi, tetapi bisa juga dengan upaya-upaya pencegahan sebelumnya. Misalnya dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sistem peringatan dini, atau evakuasi mandiri yang bisa dilakukan.

 

“Kita tidak perlu menunggu ada bencana baru mulai aksi, mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan atau melakukan menebang pohon sembarangan, itu juga upaya penanggulangan bencana secara preventif. Kita tidak bisa menghilangkan bencana, tapi kita bisa mengurangi resikonya,” ujar Anggara.

 

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah tahap pascabencana. Fase pemulihan dini, rekonstruksi dan rehabilitasi setelah terjadinya bencana juga memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Khususnya dalam pemulihan psikososial para penyintas yang tidak semudah pemulihan infrastruktur.

 

“Memulihkan infrastruktur itu mudah, karena toko bangunan banyak. Tapi bagaimana dengan pemulihan trauma yang dialami, apalagi pada anak-anak. Ini penting kita pelajari, njenengan perlu menjelaskan pada teman-temannya nanti bahwa aksi bencana itu bukan hanya saat kejadian saja,” tambahnya.

 

Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas merupakan program yang sedang diupayakan oleh pemerintah. Salah satunya adalah program (Satuan Pendidikan Aman Bencana) SPAB  yang diatur dalam Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019. Anggara berpesan kepada peserta diskusi yang mayoritas berstatus pelajar untuk menyampaikan hasil diskusi kepada pihak sekolah.

 

“Sekolah menjadi salah satu yang diutamakan karena menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dalam kondisi normal. Untuk bencana yang tidak bisa diprediksi kalau tidak tahu ilmunya pasti panik. Kalau sudah tahu, minimal akan bisa melakukan langkah yang tepat untuk mengurangi resiko bencana tersebut,” tandasnya.


Malang Raya Terbaru