• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Malang Raya

KH Abdurrahman Yahya, Teladan dan Penentram Jiwa

KH Abdurrahman Yahya, Teladan dan Penentram Jiwa
KH Abdurrahman Yahya. (Foto: NOJ/MJ)
KH Abdurrahman Yahya. (Foto: NOJ/MJ)

Malang, NU Online Jatim

Salah satu kiai kharismatik asal Kota Malang adalah Almaghfurlah KH Abdurrahman Yahya. Selain sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Gading, beliau adalah Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah hingga wafat. 

 

KH Abdurrohman Yahya atau yang kerap disapa Kiai Man merupakan figur yang penuh teladan dan penentram jiwa bagi santri, alumni, masyarakat dan lain-lain. 

 

Mengutip narasi dari Tim Redaksi PPMH, bahwa menurut Ustadz Muhammad Thohir sosok Kiai Man merupakan teladan kebaikan yang tidak bisa ditemukan celah. Mulai dari dalam keluarga, lingkungan santri, alumni hingga kepada umat secara umum.

 

"Beliau sosok yang harmonis di dalam keluarga, namun juga disiplin dalam syariat," terang singkat Muhammad Thohir dikutip dari Gading Pesantren, Selasa (27/02/2024).

 

Sementara dari keseharian Kiai Man dalam memulai hari saat subuh dengan memimpin jamaah baik di Masjid Baiturrahman, Pondok Gading ataupun di rumah sendiri bersama keluarga. Apabila sedang tidak membalah kitab pengajian subuh, beliau melanjutkan untuk membaca wirid dan Al-Qur'an di ndalem sampai berlanjut hingga mendirikan Shalat Dhuha.

 

Pria yang tinggal di Desa Tegalweru Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ini mengaku sang kiai mempunyai hobi memelihara ayam. Sehingga tidak heran ada satu buah kandang permanen tepat di depan ndalem. Ayam tersebut cukup disenangi oleh beliau, para santri sudah hafal setiap masuk dini hari mengeluarkan suara kluruk.

 

"Kiai Man itu hiburannya memberi makan ayam," imbuhnya.

 

Beliau mengatakan bahwa kiai begitu sayang kepada santri-santrinya hingga berkenan menanggung amalan-amalan Thariqah yang dilalaikan. Kabar itu Ustadz Thohir dengar dari orang-orang di sekitar.

 

Tak hanya itu, Pondok Gading selau menolak bantuan pemerintah dalam pembangunan. Ia mengatakan bahwa beliau meneladaninya dengan membangun surau di sebelah rumahnya dengan tidak melalui proposal permintaan bantuan kepada eksternal.

 

"Kiai Man dulu pernah bilang (kalau minta bantuan) itu bangunannya memang ada, tapi berkahnya tidak ada," katanya.

 

"Barangsiapa menolong agama Allah, maka dia akan ditolong oleh Allah," lanjut Ustadz Thohir mengutip pesan KH. Abdurrohman. 

 

Diceritakan pula bahwa keluarga ndalem Pondok Gading pernah bermusyawarah untuk mencari cara menolak secara halus bantuan gedung dari pemerintah. Akhirnya sebagian besar santri dipulangkan sehingga ketika pihak pemerintah berkunjung, hanya ada sebelas orang santri yang ada di Pondok Gading.

 

"Santri kami baru sedikit. Bantuannya kapan-kapan saja kalau santrinya sudah banyak," tutur Thohir menirukan perkataan Kiai Man.

 

Alumni tahun 2000-an ini juga mengulas salah satu kisah yang menunjukkan rasa sayang KH. Abdurrohman kepada santri. Saat itu Kiai Man bekerja sama dalam hal bisnis dengan salah seorang alumni.

 

Akan tetapi bisnis tersebut gulung tikar setelah beberapa lama berjalan. Sang alumni pun sakit hati dan memutus kontak silaturahmi kepada Kiai Man.

 

Tidak diduga Kiai Man diam-diam mencari tahu keberadaan alumni tersebut. Usai bertahun-tahun kehilangan hubungan silaturahim, akhirnya Kiai Man menemukan kediaman alumni itu.

 

Siapa sangka alumni Pondok Gading ini bekerja sebagai pembuat Bantengan. Bantengan merupakan tari-tarian hiburan tradisional yang penarinya berada dalam kondisi kerasukan ketika tampil.

 

Thohir mengaku Kiai Man berkeinginan untuk berkunjung ke rumah sang alumni. Kala pintu rumah dan mengucapkan salam, si alumni yang telah lama tak berhubungan dengan Kiainya itu samar-samar mengenali suara beliau.

 

Akan tetapi dia ragu karena sepengetahuan Kiai Man sama sekali tak mengerti tempat tinggal dirinya bersama keluarga. Hal itu yang menyebabkan dia tidak segera membukakan pintu.

 

Kiai mengulangi mengucap salam hingga tiga kali baru kemudian pintu terbuka. Sang alumni terkejut dan menangis karena Kiai Man melihat kondisi dia yang seperti itu. 

 

"Kiai lalu memeluk dia dan meminta alumni mencari pekerjaan lain," ujar Thohir seperti menirukan perkataan Kiai Man.

 

Thohir memberikan pesan bagi santri Pondok Gading, Masyayikh di Pondok Gading merupakan suri tauladan utama dalam belajar kebaikan. Salah satunya Kiai Man.

"Sah-sah saja kalau mau belajar dari ulama-ulama yang banyak di luar sana. Namun jangan sampai lupa bahwa hendaknya di Pondok Gading mereka meneladani ulama mereka sendiri," tandasnya.


Malang Raya Terbaru