• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Matraman

Bedah Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, Jadi Santri Harus Ikhlas

Bedah Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, Jadi Santri Harus Ikhlas
Ahmad Muntaha Al-Bari Musta'in, Sekretaris PW LBMNU Jawa Timur, saat acara bedah kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah di Pacitan. (Foto: NOJ/Risalatul Mu'awanah)
Ahmad Muntaha Al-Bari Musta'in, Sekretaris PW LBMNU Jawa Timur, saat acara bedah kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah di Pacitan. (Foto: NOJ/Risalatul Mu'awanah)

Pacitan, NU Online Jatim

Jadi santri harus ikhlas. Itulah pesan utama yang tersampaikan dalam bedah kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah karya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari oleh Media Pesantren se Kabupaten Pacitan, Rabu malam (20/10). Dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2021, bedah kitab diisi oleh , Ahmad Muntaha Al-Bari Musta’in, Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Jawa Timur.

 

"KH Hasyim Asy'ari penulis kitab Risalah Ahlussunah wal Jamaah, merupakan salah satu ulama yang bersumpah di Multazam, di depan kesaksian Ka'bah untuk memperjuangkan Islam di daerahnya serta berkeinginan membebaskan Islam dari dunia penjajahan,” kata Muntaha.

 

Alumni Pesantren Lirboyo Kediri itu menjelaskan bahwa KH Hasyim Asy'ari yang juga merupakan peletak dasar kemerdekaan Indonesia berjuang bukan atas dasar ambisi untuk mencari kekuasaan, melainkan perjuangan yang berlandaskan keikhlasan serta untuk memperjuangkan Islam di daerahnya. Sifat inilah yang perlu dimiliki seorang santri dalam memperjuangkan agama di daerahnya masing-masing.

 

“Analogi saya sederhanakan di lingkungan lembaga. Anda santri Tremas, setelah pulang jadi orang kaya dan tidak peduli dengan Tremas, maka Anda tidak pantas disebut santri Tremas. Sama, Anda orang Pacitan, KTP Pacitan, tidak peduli dengan Pacitan, maka Anda tidak pantas disebut orang Pacitan," katanya.

 

Pendiri Aswaja Muda tersebut berpesan, saat ini sudah banyak ruang bagi santri untuk memperjuangkan Islam. Salah satunya dengan memanfaatkan media sosial. Karenanya, sebagai seorang santri tidak boleh terjebak pada zona nyaman dan terus mengasah skill yang dimiliki untuk menyebarkan ajaran Islam.

 

“Kepada para peserta yang hadir baik delegasi dari media pesantren se Kabupaten Pacitan, dari Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama, terkhusus pada mahasantri Ma'had Aly Al-Tarmasi. Mari terus perkuat keilmuan, asah skill menulis dan manfaatkan media sosial sebagai sarana untuk dakwah,” pungkas Muntaha.

 

Penulis: Muhdhori Ahmad


Matraman Terbaru